Mengenal Parasit Plasmodium Malariae Penyebab Malaria
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Penyakit malaria bisa disebabkan infeksi parasit plasmodium malariae melalui gigitan nyamuk. Risiko infeksi parasit ini bisa meningkat akibat dampak perubahan iklim karena hal tersebut menyebabkan nyamuk yang membawa parasit plasmodium malariae lebih mudah berkembang biak.
Meskipun malaria dapat disembuhkan, namun kondisi ini tetap memerlukan perhatian dan tidak bisa diremehkan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyebab penyakit malaria akibat plasmodium malariae, simak informasinya sampai akhir.
Malaria merupakan penyakit infeksi menular akibat dari plasmodium yang menyebar melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penularannya terjadi pada saat manusia digigit oleh nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi plasmodium.
Saat plasmodium masuk ke tubuh manusia, parasit akan menuju ke hati dan mulai berkembang biak. Kemudian, menyerang eritrosit (sel darah merah) yang membawa oksigen. Setelah itu, parasit tersebut akan berkembang biak kembali hingga eritrosit pecah. Jika sudah seperti itu, maka tubuh akan mengalami kesakitan sehingga muncul gejala klinis.
Pada umumnya, gejala malaria ditandai dengan tubuh yang menggigil, demam, sakit kepala, batuk, diare, sakit perut, mual, dan muntah selama beberapa hari. Penyakit malaria dapat disembuhkan dengan pengobatan dan penanganan yang tepat.
Namun, jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, maka bisa menyebabkan beberapa kondisi komplikasi berbahaya, seperti hipoglikemia, anemia, bahkan kematian.
Jadi, penyebab penyakit malaria adalah infeksi plasmodium yang dibawa oleh nyamuk Anopheles betina. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk bukan kontak fisik langsung antarmanusia.
Namun, terdapat beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab penyakit malaria, antara lain:
Secara umum, infeksi parasit penyebab penyakit malaria terbagi menjadi empat jenis. Keempat jenis tersebut, yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, dan plasmodium falciparum.
Plasmodium malariae merupakan salah satu protozoa parasit yang menjadi penyebab penyakit malaria pada manusia. Penyakit malaria akibat jenis plasmodium ini sebenarnya termasuk jarang terjadi, yaitu sekitar kurang dari 1%.
Hal ini menyebabkan plasmodium malariae terkesan terabaikan karena infeksinya dianggap relatif ringan dan mudah disembuhkan dengan obat antimalaria. Distribusi plasmodium malariae juga dilaporkan tidak merata dan umumnya ditemukan di Afrika sub-Sahara, Amerika Selatan, dan Pasifik barat daya.
Prevalensi pada kasus yang terjadi akibat plasmodium ini dalam survei darah massal telah melebihi 15-30%. Di Amerika Selatan, plasmodium malariae dianggap sebagai infeksi zoonosis karena plasmodium brasilianum yang identik secara genetik menginfeksi monyet Dunia Baru.
Monyet dan manusia di daerah endemik menunjukkan tingkat seropositif yang tinggi terhadap antigen plasmodium brasilianum dan malariae. Sementara itu, prevalensi plasmodium malariae di Afrika Barat dilaporkan mencapai puncaknya pada usia yang sama dengan plasmodium falciparum, yaitu 3, 6, dan 8 tahun.
Meskipun dianggap ringan, namun protozoa parasit ini bisa menyebabkan sindrom nefrotik kronis. Setelah sindrom tersebut terbentuk, maka tidak dapat memberikan respon terhadap pengobatan dan membawa pada tingkat kematian yang tinggi.
Tidak hanya itu, protozoa parasit tersebut juga menyebabkan infeksi kronis yang berlangsung selama bertahun-tahun. Terdapat pula kemungkinan bahwa parasit ini dapat kambuh kembali beberapa dekade setelah paparan awal.
Plasmodium malariae ditemukan di dalam darah berupa trofozoit, skizon, gametosit, dan cincin. Gejala penyakit malaria akibat protozoa parasit ini baru ditimbulkan saat tubuh terinfeksi dalam jangka waktu yang cukup lama. Saat gejalanya telah muncul, pengidap malaria jenis ini akan merasakan demam dan menggigil setiap 4 hari (kuartana).
Baca Juga: Mari Kita Cegah Malaria, Ini Caranya
Plasmodium malariae sudah dikenal sebagai penyebab penyakit malaria sejak peradaban Yunani dan Romawi > 2.000 tahun yang lalu. Siklus hidup plasmodium malariae berkembang pada nyamuk dan inang primata.
Saat gametosit tertelan selama pemberian makan nyamuk, terjadi proses eksflagelasi (pembelahan) mikrogametosit yang menghasilkan pembentukan hingga delapan mikrogamet bergerak.
Setelah pembuahan makrogamet, terbentuklah ookinet yang bisa bergerak menembus membran peritropik mengelilingi sari-sari makanan dan berjalan ke dinding luar usus nyamuk Anopheles. Di sana, ookista berkembang di bawah membran basal dan setelah 2-3 pekan (bergantung pada suhu) ratusan sampai ribuan sporozoit diproduksi dalam setiap ookista.
Kemudian, ookista pecah dan sporozoit dilepaskan ke dalam hemocoel nyamuk, lalu dibawa oleh sirkulasi hemolimfa ke kelenjar ludah. Di sana, mereka terkonsentrasi di sel asinar dan selama proses pemberian makan, sporozoit dalam jumlah kecil (< 100) dimasukkan ke dalam saluran air liur lalu disuntikkan ke dalam venula manusia yang digigit.
Pada manusia, setelah masuk ke aliran darah, sporozoit dengan cepat menyerang bagian hati. Akhirnya, ribuan merozoit diproduksi di setiap skizon yang setelah dilepaskan akan menyerang eritrosit. Proses ini yang kemudian menyebabkan manusia terkena malaria.
Pada inang nyamuk Anopheles freeborni, terjadi diinkubasi pada suhu 250 C terhadap sporozoit yang ada di kelenjar ludah dalam 17 hari. Pada hari ke-6, terbentuklah perkembangan ookista siklus hidup plasmodium malariae ini, yaitu memiliki diameter rata-rata 12 mikrometer. Pada hari ke-14, diameternya berukuran antara 20-65 mikrometer yang rata-ratanya 38 mikrometer.
Baca Juga: Gejala Malaria Pada Anak Balita
Demikian informasi seputar plasmodium malariae dan penyebab penyakit malaria. Gejala yang ditunjukkan saat seseorang terinfeksi penyakit malaria umumnya berbeda-beda. Oleh karena itu, Anda harus selalu waspada dan cepat tanggap apabila mengalami gejala malaria.
Pastikan lingkungan rumah selalu dalam kondisi yang bersih dan bebas nyamuk agar mencegah risiko malaria akibat gigitan nyamuk. Anda juga dapat mengoleskan lotion antinyamuk, seperti Soffell saat akan beraktivitas, baik di dalam maupun luar rumah.
Soffell merupakan produk lotion antinyamuk dengan kandungan moisturizer khusus yang bisa melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Selain itu, Soffel memiliki formula yang lembut sehingga tidak lengket ketika dioleskan ke kulit.
Berikan perlindungan ekstra untuk kulit dari gigitan nyamuk dengan Soffell! Healthy product for healthy family!
Baca Juga: Inilah Bahan Alami yang Tepat untuk Mengatasi Malaria