mental resilience
November 22, 2025 Artikel

Mental Resilience: Ciri, Manfaat, & Cara Membangunnya

Masalah merupakan suatu keniscayaan dalam hidup. Tak sedikit orang yang memilih menyerah dan justru menghindari masalah, tetapi tak sedikit juga orang yang memiliki mental yang kuat dan justru bisa bangkit menjadi pribadi yang lebih baik. Nah, hal yang membedakan keduanya adalah mental resilience.

Ingin memahami mental resilience lebih dalam? Artikel ini akan memaparkan pengertian mental resilience, ciri-ciri, manfaat, dan cara membangunnya. Pastikan kamu menyimak sampai selesai dan mempraktikkan cara-caranya, ya!

Apa Itu Mental Resilience?

Mental resilience adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan kesulitan atau tantangan hidup, terutama melalui fleksibilitas mental, emosional, dan perilaku. Mental resilience juga biasa disebut ketahanan mental atau daya lenting.

Orang dengan mental resilience yang baik tak hanya mampu bertahan, tetapi juga bangkit dan berkembang meskipun menghadapi situasi yang sulit. Kabar baiknya, resiliensi bukan sifat bawaan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari serta dilatih seiring waktu.

Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Mental Resilience

Orang resilien bukan berarti tak pernah merasakan emosi negatif, seperti sedih dan cemas. Tetapi, mereka mampu mengontrol emosi dan fokus pada tujuan inti. Sebenarnya, seperti inilah ciri-ciri orang yang memiliki mental resilience:

1. Tenang Saat Menghadapi Kondisi di Luar Kontrol

Dalam hidup, ada hal-hal yang bisa dikontrol dan ada pula yang tidak. Beberapa orang mungkin kurang mampu mengendalikan diri saat berhadapan dengan kondisi yang tidak bisa dikontrol. Contohnya, mengeluh saat turun hujan deras padahal berencana pergi ke rumah teman.

Sebaliknya, orang dengan mental resilience baik mampu bersikap tenang saat berhadapan dengan kondisi di luar kontrol. Mereka hanya fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol, yaitu sikap pribadinya.

Masih dengan contoh sebelumnya, alih-alih mengeluh, mereka akan menerima kondisi hujan dengan lapang dada dan mencari cara agar tetap produktif, misalnya dengan belajar hal baru di rumah atau menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

2. Percaya pada Diri Sendiri

Orang dengan ketahanan mental umumnya percaya pada dirinya sendiri sehingga tidak akan membiarkan orang lain mengendalikan dirinya. 

Mereka tidak mudah goyah meskipun orang lain memiliki pendapat dan penilaian tertentu terhadap dirinya. Pasalnya, mereka sadar betul bahwa emosi adalah tanggung jawab pribadi, bukan akibat dari tindakan orang lain.

3. Cerdas Emosional

Orang yang cerdas emosional tidak akan membiarkan emosi negatif menguasai dirinya, tetapi berusaha memahami dan mengendalikannya secara bijak. Mereka tidak menekan perasaan, tetapi menghadapinya dengan kesadaran penuh, kemudian bertindak secara rasional.

Sebagaimana mental resilience yang bisa dikembangkan, kecerdasan emosional pun demikian. Ya, kamu bisa mengembangkan kecerdasan emosional melalui beberapa latihan, seperti refleksi diri, empati, atau manajemen stres.

4. Jarang Melakukan Kesalahan yang Sama

Ketika menghadapi kesalahan, orang dengan mental resilience akan mengakuinya secara tulus dan bersedia untuk menanggung konsekuensinya. Bahkan, mereka juga menjadikan kesalahan sebagai bahan refleksi dan kesempatan untuk memperbaiki cara berpikir atau bertindak.

Lebih lanjut, sikap ini membantu mereka untuk terhindar dari kesalahan yang sama dan membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja, Yuk Catat! 

Cara Membangun Mental Resilience

Berikut ini sejumlah cara yang dapat kamu praktikkan untuk membangun mental resilience:

1. Fokus pada Tujuan Hidup

Tujuan bagaikan “nyawa” dalam kehidupan. Dengan tujuan yang jelas, umumnya seseorang akan memiliki alasan untuk terus melangkah, bahkan saat menghadapi kegagalan atau kesulitan.

Tujuan hidup membantu seseorang tetap fokus pada hal-hal yang berarti dan tidak larut dalam kondisi negatif yang sedang terjadi. 

2. Mengelola Stres dengan Bijak

Stres merupakan kondisi yang wajar dalam hidup. Namun, cara seseorang mengelolanya akan menentukan apakah stres tersebut memicu pertumbuhan atau justru memperburuk keadaan. 

Meskipun stres berawal dari kondisi mental, jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya juga bisa dirasakan secara fisik, lho. 

Oleh karena itu, saat menghadapi kondisi yang stressful, hal terbaik yang bisa dilakukan bukan melarikan diri, tetapi menyalurkannya pada aktivitas positif yang menenangkan, seperti melakukan hobi, berbagi cerita dengan orang lain, atau berkonsultasi dengan profesional.

Baca juga: 10 Dampak Stres Berkepanjangan bagi Kesehatan Tubuh

3. Melakukan Hal-Hal Baru

Dengan mencoba hal-hal baru, artinya kamu berani keluar dari zona nyaman dan menghadapi ketidakpastian. Dari pengalaman tersebut, kamu bisa belajar mengasah keterampilan dan menemukan strategi baru dalam menyelesaikan masalah.

Secara tidak langsung, kondisi ini juga bisa membuatmu mengenal potensi dan tujuan hidup lebih dalam. Dengan demikian, kamu akan lebih siap menghadapi perubahan dan tekanan hidup dengan pikiran yang tenang dan mental yang adaptif.

Manfaat Mental Resilience bagi Kesehatan dan Karier

Karena identik dengan sikap yang positif, tentunya mental resilience mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, termasuk dalam kesehatan dan karier. Berikut ini sejumlah manfaat mental resilience yang perlu kamu ketahui:

1. Peluang Meraih Tujuan Lebih Besar

Resiliensi bukan sekadar kemampuan bertahan, tetapi juga strategi untuk terus melangkah meraih tujuan, bahkan saat berbagai kondisi yang terjadi tidak sesuai harapan.

Seseorang yang resilien memiliki mentalitas tahan banting sehingga tidak mudah menyerah saat menghadapi kegagalan atau hambatan. Mereka bukan tidak pernah gagal, tetapi paham caranya bangkit dan menemukan strategi baru agar bisa beradaptasi dengan keadaan hingga sampai pada tujuan.

2. Risiko Depresi Lebih Rendah

Mental resilience membantu seseorang mengatur emosi dan pola pikir saat menghadapi tekanan hidup. 

Sebab, orang yang resilien tidak menekan emosi negatifnya, tetapi menanganinya dengan cara yang sehat. Hasilnya, mereka lebih terlindungi dari stres berkepanjangan yang bisa berkembang menjadi depresi.

3. Kualitas Hubungan Lebih Baik

Faktanya, resiliensi bukan hanya tentang kemampuan seseorang menghadapi masalah secara pribadi, tetapi juga berperan besar dalam hubungan sosial. 

Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu ciri individu yang resilien adalah memiliki kecerdasan emosional tinggi. Dengan demikian, mereka cenderung lebih terbuka pada perbedaan dan mampu memahami sudut pandang orang lain. Hasilnya, mereka lebih mudah menjalin relasi yang sehat dan suportif.

Pada akhirnya, mental resilience merupakan sikap mental yang perlu dimiliki semua orang. Sebab, tidak ada satu pun individu yang benar-benar bisa lepas dari masalah hidup. Tanpa resiliensi, kondisi mental seseorang bisa terpuruk berkepanjangan, bahkan putus asa menjalani kehidupan.

Berbicara mengenai kondisi mental, tahukah kamu bahwa ada hari yang diperingati sebagai hari kesehatan mental sedunia? Yup, hari itu jatuh setiap tanggal 10 Oktober.

Pada peringatan tahun ini, PBB ingin menyoroti pentingnya kesehatan mental bagi kelompok anak dan perempuan yang terdampak bencana dan konflik, serta rekan kerja yang menjalankan pekerjaan di tengah masa krisis tersebut. Selain itu, PBB juga ingin memberikan pengingat bahwa kesehatan mental mempunyai derajat yang sama dengan kesehatan fisik.

Nah, salah satu upaya untuk menjaga kesehatan fisik adalah dengan mengonsumsi Amunizer, suplemen kesehatan dari Enesis.

Amunizer mengombinasikan 6 kandungan sekaligus, mulai dari vitamin C, Zinc, ekstrak Elderberry, Forsythia, Phyllanthus, dan Lonicera. Maka, tak heran kalau Amunizer efektif untuk meningkatkan kekebalan tubuh, terlebih kalau kamu menjalani hustle culture, yang dituntut untuk bekerja keras dan mengejar pencapaian tertentu.

Suplemen kesehatan ini hadir dalam kemasan praktis berupa sachet dan botol 140 ml. Jadi, kalau kamu butuh solusi praktis untuk jaga daya tahan tubuh, Amunizer adalah solusi yang tepat. Fisik sehat, mental pun kuat!

Baca juga: Hustle Culture: Pengertian, Ciri, Dampak, dan Solusinya

Related article