Intoleransi Makanan: Pengertian, Gejala, dan Diagnosis
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Pernahkah Anda mengalami kesulitan pencernaan setelah mengonsumsi makanan tertentu? Jika iya, kemungkinan Anda mengalami intoleransi makanan. Intoleransi makanan adalah kondisi ketika tubuh memberikan reaksi non-imunologis kepada makanan yang Anda konsumsi sehingga menyebabkan diare dan sakit perut.
Meski begitu, intoleransi makanan dan alergi makanan adalah dua hal yang berbeda. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini, mari simak ulasan lengkap berikut ini.
Food intolerance atau intoleransi makanan adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mencerna suatu zat tertentu dalam makan atau minuman tertentu, misalnya susu. Hal ini disebabkan oleh reaksi non-imun terhadap makanan yang biasanya dapat ditoleransi dalam kondisi normal.
Selain itu, food intolerance juga terjadi karena sistem pencernaan tidak dapat mencerna makanan tertentu dengan sempurna. Jika mengalami kondisi ini, Anda mungkin merasakan beberapa gangguan sistem pencernaan yang tidak menyenangkan, seperti sakit perut dan diare.
Meskipun memiliki beberapa kesamaan gejala, intoleransi makanan dan alergi adalah dua kondisi yang berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara keduanya:
Salah satu jenis food intolerance yang sering terjadi adalah intoleransi laktosa. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak mampu mencerna laktosa, seperti gula pada susu, keju, maupun yoghurt. Tak hanya itu, Anda juga bisa mengalami kondisi ini ketika mengonsumsi makanan dengan bahan, seperti:
Baca juga: 8 Obat Gangguan Pencernaan Alami yang Dapat Dibuat di Rumah
Orang yang mengalami food intolerance biasanya akan merasakan beberapa gejala setelah mengonsumsi makanan atau bahan yang tidak bisa ditoleransi. Adapun gejala umum food intolerance meliputi diare, kentut, sakit perut, dan kembung.
Selain itu, gejala lain yang mungkin terjadi, yaitu sembelit, sakit kepala, mual, nyeri sendi, hingga ruam saat mengalami food intolerance.
Menurut dr. Shabrina Ghassani Roza, dokter dari Enesis Group, gejala alergi dan intoleransi bisa tampak serupa. Namun, satu perbedaan yang jelas dari dua kondisi tersebut adalah reaksinya terhadap tubuh.
“Penting untuk menghindari makanan pemicu yang dapat menimbulkan reaksi, terutama jika makanan tersebut merupakan alergen. Sebab, dalam beberapa kasus, alergi makanan bisa menyebabkan reaksi anafilaksis.” Ujar dr. Shabrina.
“Reaksi ini bisa berakibat fatal apabila tidak segera diobati dengan suntikan epinefrin atau adrenalin. Berbeda dengan intoleransi makanan yang dapat menimbulkan gejala seperti perut terasa tidak nyaman ataupun kembung. Namun, intoleransi makanan tidak mengancam jiwa.” Pungkas dr. Shabrina.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami food intolerance atau tidak. Berikut beberapa tes yang biasa dilakukan:
Tes napas hidrogen dilakukan untuk mendeteksi intoleransi laktosa. Saat melakukan tes ini, Anda harus meminum cairan yang mengandung laktosa kemudian bernapas di dalam wadah seperti balon setiap 30 menit selama beberapa jam. Apabila Anda tidak toleran terhadap laktosa, hal ini akan menyebabkan tingginya kadar hidrogen dalam napas.
Selama 2-4 minggu, Anda perlu mencatat semua makanan dan minuman yang sedang dikonsumsi, termasuk waktu dan jumlahnya. Kemudian, pilih salah satu makanan yang dicurigai memicu intoleransi berdasarkan catatan.
Perhatikan apakah gejala intoleransi Anda membaik atau hilang setelah eliminasi makanan yang dicurigai. Jika gejala membaik, kemungkinan besar makanan tersebutlah yang memicu intoleransi.
Tes Alergi Makanan Panel IgE merupakan salah satu metode yang digunakan untuk membantu mendiagnosis intoleransi makanan. Tes ini mengukur kadar antibodi imunoglobulin E (IgE) dalam darah yang spesifik terhadap berbagai jenis makanan.
Ketika tubuh Anda terpapar makanan yang tidak dapat ditoleransi, sistem kekebalan akan menghasilkan antibodi IgE. Antibodi ini kemudian beredar dalam darah dan dapat dideteksi melalui tes darah.
Tes alergi makanan panel IgE biasanya dilakukan dengan mengambil sampel darah kecil dari vena di lengan Anda. Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji kadar IgE terhadap berbagai jenis makanan.
Baca juga: 5 Penyebab BAB Cair Tapi Bukan Diare dan Cara Mengatasinya
Langkah terpenting dalam mengobati intoleransi makanan adalah dengan menghindari makanan yang memicu reaksi. Oleh karena itu, pastikan membaca label dengan cermat dan menghindari makanan dengan kandungan bahan-bahan yang Anda tidak toleransi.
Dalam beberapa kasus, suplemen enzim pencernaan dapat membantu meringankan gejala food intolerance. Suplemen ini membantu tubuh Anda mencerna makanan yang Anda tidak toleransi dengan lebih baik.
Demikian informasi lengkap mengenai intoleransi makanan. Perlu diingat, intoleransi makanan adalah kondisi di mana tubuh mengalami kesulitan mencerna zat tertentu dalam makanan sehingga menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu. Meskipun tidak separah alergi, food intolerance tetap dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Apabila Anda atau orang sekitar sedang berada di kondisi ini, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapat diagnosis yang tepat. Diagnosis ini dapat membantu Anda menentukan jenis intoleransi makanan dan merumuskan strategi pengelolaan yang efektif terhadap konsumsi makanan.
Kemudian, bagi Anda yang ingin menjaga kesehatan pencernaan dan terhindar dari masalah pencernaan, seperti sembelit dan diare, Vegeta Herbal dapat menjadi solusi yang tepat.
Vegeta Herbal adalah suplemen pelancar buang air besar yang mengandung laksatif alami dan serat dari tumbuhan-tumbuhan. Oleh karena itu, mari konsumsi Vegeta Herbal secara teratur untuk meningkatkan kesehatan pencernaan!
Healthy product for healthy family!
Baca juga: Inilah 7 Jenis Buah yang Kaya akan Serat, Kamu Wajib Tahu!