Antis – Infeksi shigellosis merupakan gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella, misalnya Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, atau Shigella sonnei.
Infeksi Shigella terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kontak dengan feses, lingkungan yang kotor, atau lewat makanan serta minuman yang terkontaminasi.
Bakteri ini tergolong infeksius, di mana dalam jumlah kecil mereka sudah bisa menyebabkan gejala gangguan pencernaan pada manusia.
Ketika masuk ke dalam mulut, bakteri Shigella akan membelah diri di usus kecil, lalu menyebar pada usus besar.
Bakteri ini bisa melepaskan racun yang dinamakan enterotoxin penyebab kerusakan sel usus dan peradangan, sehingga penderitanya akan mengalami gejala kram dan diare parah.
Lantas, bagaimana cara mengatasi penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Shigella? Yuk, simak ulasan lengkapnya di sini!
Infeksi Shigella disebabkan oleh bakteri yang masuk ke mulut secara tidak sengaja, adapun beberapa kondisi yang bisa terjadi, di antaranya yaitu:
Baca juga: Infeksi Salmonella: Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya
Gejala Shigellosis biasanya akan muncul 2-3 hari setelah pengidap terpapar oleh bakteri tersebut.
Namun, beberapa kasus juga menunjukkan gejala muncul sekitar satu minggu setelah terjadi kontak dengan bakteri Shigella.
Umumnya, bakteri Shigella dysenteriae menyebabkan gangguan pencernaan selama 2 hingga 7 hari dengan gejala yang sering terjadi yaitu:
Jika mengalami shigellosis berat, maka akan timbul gejala tertentu, seperti penurunan kesadaran, produksi urin menurun, kejang, bahkan koma.
Beberapa kondisi bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi bagi seseorang untuk terkena infeksi bakteri Shigella, di antaranya:
Baca juga: Ketahui Apa itu Laksatif, Jenis-Jenis, dan Efek Sampingnya
Terapi yang umum dilakukan untuk mengobati shigellosis yaitu berupa pemberian obat dan cairan elektrolit (rehidrasi).
Selama mengalami diare, penderita disarankan untuk banyak mengonsumsi air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan mencegah dehidrasi.
Dokter mungkin juga akan menyarankan penderita untuk mengonsumsi suplemen zink guna membantu proses regenerasi sel usus.
Namun, perlu diketahui bahwa selama diare terjadi, pasien tidak disarankan mengonsumsi obat-obat penghenti buang air besar seperti loperamide (imodium) atau diphrenoxylate.
Hal ini justru akan membuat bakteri terus berada di dalam sistem pencernaan dan memperburuk infeksi.
Sedangkan untuk penderita yang mengalami infeksi akut atau mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah seperti balita dan lansia, dokter biasanya akan memberikan antibiotik guna mengatasi diare.
Menurut Central for Disease Control and Prevention (CDC), ada dua jenis antibiotik yang direkomendasikan untuk mengatasi bakteri Shigella, yaitu:
Infeksi bakteri Shigella adalah penyakit yang jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika penderita mengalami mual dan muntah hebat hingga tidak bisa memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut.
Pada kondisi tersebut, penderita akan membutuhkan obat dan infus untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Untuk menghindari infeksi shigellosis, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, di antaranya:
Demikian informasi seputar apa itu bakteri Shigella, beserta infeksi yang bisa ditimbulkan, gejala, cara pengobatan, dan pencegahannya.
Penyakit shigellosis yang menyerang sistem pencernaan tentu akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari kamu dan berisiko menularkannya pada anggota keluarga lainnya.
Maka dari itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan tangan ketika sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu.
Selain mencuci tangan, kamu juga bisa lho selalu menyediakan Antis ketika bepergian di luar rumah.
Antis adalah antiseptik berbentuk gel atau spray yang dikemas secara praktis, sehingga mudah untuk dimasukkan ke dalam tas.
Dengan menggunakan Antis, kamu bisa melindungi tangan dari serangan virus dan penyakit selama 2 jam.
Yuk, jaga kesehatan tanganmu dengan selalu sedia Antis!
Baca juga: Ketahui Manfaat dan Bahaya Bakteri E Coli bagi Manusia