distimia adalah
Februari 29, 2024 Artikel

Apa itu Distimia? Ini Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza

Distimia adalah gangguan depresi persisten yang ditandai dengan perasaan sedih, kosong, putus asa, anxiety atau kecemasan yang bisa berlangsung dalam waktu lama. Tentunya kondisi ini dapat sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan menyebabkan kesulitan dalam menjalani aktivitas normal.

Oleh karena itu, Anda perlu memahami penyebab dan gejalanya yang mungkin muncul agar bisa mengatasinya dengan baik. Untuk itu, yuk simak ulasan lengkap mengenai distimia di bawah ini!

Apa itu Distimia?

Gangguan depresi persisten (persistent depressive disorder) atau yang dikenal juga sebagai distimia adalah kondisi depresi jangka panjang yang bisa berlangsung selama lebih dari dua tahun. Distimia ditandai dengan gejala depresi kronis yang membuat seseorang sulit merasa bahagia dan kehilangan minat dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Kondisi ini sulit dipahami karena sifatnya yang kompleks dan terus berkembang. Namun, pada intinya distimia adalah depresi persisten dengan gejala yang menahun bahkan bisa memengaruhi kualitas hidup penderitanya seperti menjadi pribadi yang suram, hingga sering mengeluh dalam jangka waktu yang panjang. 

Penyebab Distimia

Salah satu penyebab distimia adalah depresi yang berlangsung lama dan menahun. Depresi yang tak kunjung sembuh ini bisa mengganggu kegiatan sehari-hari penderitanya. Meski gejalanya tidak separah depresi berat, distimia tetap berbahaya karena bersifat persisten atau menetap.

Faktor-faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena distimia antara lain faktor genetik, pengalaman traumatis, hingga gangguan zat kimia pada otak. Sayangnya, penyebab pasti gangguan mood kronis ini masih belum diketahui. Adapun beberapa penyebab umum distimia adalah sebagai berikut:

  • Faktor Biologis. Secara biologis, orang dengan gejala gangguan depresi persisten atau distimia akan mengalami perubahan pada struktur otak mereka.
  • Gangguan Zat Kimia pada Otak. Distimia dapat disebabkan oleh gangguan kimiawi pada otak berupa ketidakseimbangan neurotransmitter yang berfungsi membawa pesan dari satu neuron ke neuron lainnya. 
  • Faktor Genetik. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan distimia bisa lebih rentan mengalami gangguan yang sama. Namun, penyebab ini masih perlu dikaji lebih lanjut.
  • Pengalaman Traumatis. Trauma psikologis seperti kehilangan orang tercinta, masalah keuangan, atau tekanan berat lainnya yang terjadi dalam waktu lama dapat memicu terjadinya distimia.

Baca juga: 10 Dampak Stres Berkepanjangan bagi Kesehatan Tubuh

Gejala Distimia

Gejala gangguan depresi persisten bisa muncul dan menghilang dengan intensitas yang berbeda dalam jangka waktu panjang. Meski intensitasnya berfluktuasi, gejala ini umumnya bertahan minimal dua bulan secara terus menerus sebelum mereda dan muncul kembali. Adapun beberapa gejala umum dari distimia adalah sebagai berikut:

  • Kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas dan rutinitas sehari-hari
  • Muncul perasaan sedih, kosong, dan tertekan.
  • Muncul rasa putus asa.
  • Merasa kelelahan dan tidak berenergi.
  • Merasa rendah diri atau insecure, sering mengkritik diri sendiri, serta muncul perasaan tidak berdaya.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
  • Mudah marah atau marah secara berlebihan.
  • Penurunan tingkat aktivitas dan produktivitas.
  • Menarik diri dari kegiatan sosial.
  • Muncul perasaan bersalah dan khawatir tentang masa lalu.
  • Pola tidur yang tidak teratur
  • Perubahan nafsu makan, bisa menurun ataupun meningkat drastis.
  • Untuk anak-anak, gejalanya seperti muncul perasaan depresi dan mudah marah.

Meski intensitas gejalanya naik turun, gejala tersebut setidaknya harus bertahan selama minimal 2 tahun pada orang dewasa atau 1 tahun pada anak-anak sebelum didiagnosis sebagai distimia. Selain itu, gejala yang muncul sebelum usia 21 tahun disebut early onset, sedangkan setelah usia 21 tahun disebut late onset.

Pengobatan Distimia

Pengobatan utama distimia terdiri dari pemberian obat-obatan dan terapi psikologis. Jenis pengobatan yang direkomendasikan akan disesuaikan dengan kondisi dan preferensi pasien, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti keparahan gejala, motivasi diri pasien, riwayat pengobatan sebelumnya, toleransi terhadap obat-obatan, dan lainnya. Adapun beberapa pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi distimia adalah sebagai berikut.

1. Terapi

Terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif adalah salah satu metode utama untuk mengatasi distimia. Dalam terapi ini, pasien akan berdiskusi dengan psikolog mengenai berbagai masalah pribadi yang memengaruhi kondisi mentalnya, seperti pola pikir, perasaan, perilaku, hubungan, dan lainnya. Tujuannya adalah membantu pasien mengatasi akar penyebab distimia dan gejalanya.

2. Pemberian Obat-obatan

Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk mengatasi distimia adalah antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), tricyclic antidepressants (TCAs), dan serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs). 

Obat ini perlu dikonsumsi rutin selama 4-6 minggu agar memberikan efek optimal meskipun awalnya mungkin belum terlihat manfaatnya. Beberapa pasien mungkin memerlukan penyesuaian atau kombinasi jenis obat agar mendapatkan hasil maksimal. Pastikan untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut sesuai dengan anjuran dokter spesialis kejiwaan atau psikiater.

Itulah ulasan lengkap mengenai distimia, mulai dari pengertian, penyebab, gejala, hingga cara pengobatannya. Dengan pengobatan yang tepat seperti terapi, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup, orang dengan distimia dapat menjalani kehidupan yang lebih positif. 

Selain itu, untuk membantu meringankan gejala distimia, Anda dapat menggunakan Plossa secara rutin agar tubuh bisa menjadi lebih rileks. Plossa merupakan produk aromaterapi dari Enesis Group yang berfungsi untuk menenangkan tubuh dan pikiran. 

Cukup dengan menghirup aroma eucalyptus di dalam Plossa, pikiran Anda akan lebih tenang dan sakit kepala berkurang. Untuk hasil maksimal, Anda juga dapat mengoleskan Plossa di kepala dan memijatnya dengan ujung tumpul produk tersebut.

Jadi, yuk, gunakan Plossa sekarang agar tubuh dan pikiran Anda menjadi lebih rileks. Healthy product for healthy family!

Baca juga: 7 Tips Bangun Pagi Agar Tubuh Lebih Segar dan Semangat

Related article