Pernahkah kamu merasa stres terus-menerus, tidak betah di kantor, atau bahkan cemas setiap bekerja? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang berada di lingkungan kerja toxic.
Lingkungan dan teman kerja toxic bukan hanya membuat tidak nyaman, tapi juga bisa berdampak buruk ke kesehatan mental, produktivitas, bahkan kehidupan pribadi.
Sebelum kamu buru-buru ambil keputusan, seperti resign, penting untuk mengenali ciri-cirinya dulu. Di artikel ini, kamu akan menemukan beberapa ciri lingkungan kerja toxic yang perlu diwaspadai, lengkap dengan cara-cara bijak untuk menghadapinya. Yuk, simak sampai tuntas!
Lingkungan kerja yang toxic sering kali sulit dikenali di awal, tapi dampaknya bisa sangat besar bagi kesehatan mental dan produktivitas. Supaya kamu bisa lebih waspada, berikut beberapa ciri-ciri lingkungan kerja toxic yang perlu kamu ketahui.
Kamu sering diminta menyelesaikan pekerjaan di akhir pekan padahal tidak tercantum dalam kontrak? Jika tanpa kompensasi lembur, ini bisa jadi tanda lingkungan tempat kerja toxic karena perusahaan mengambil hak karyawan dan memberlakukan jam kerja yang tidak seimbang.
Kehadiran atasan yang narsis dapat menjadi indikator kuat lingkungan kerja yang toxic. Ciri utama atasan narsis adalah ketidakmampuan mereka menerima masukan dan kecenderungan untuk selalu berpusat pada diri sendiri.
Hal ini memaksa kamu untuk selalu mengikuti keputusan mereka, bahkan ketika tahu bahwa keputusan tersebut kurang tepat.
Lingkungan kerja sehat seharusnya menawarkan ruang bagi karyawan untuk berkembang, seperti kenaikan pangkat, gaji, atau bonus yang idealnya diberikan berdasarkan periode dan hasil kerja.
Jika kamu sudah bekerja bertahun-tahun namun tidak mendapat kesempatan seperti ini, itu bisa jadi pertanda lingkungan kerja toxic dan mungkin saatnya mempertimbangkan pilihan karier lain.
Baca juga: Contoh Profil CV Fresh Graduate yang Bikin HRD Tertarik
Sebelum memulai pekerjaan, kamu akan menandatangani surat perjanjian kerja yang seharusnya berisi informasi penting, seperti deskripsi pekerjaan, gaji, tunjangan, hak cuti, dan periode kerja.
Apabila perusahaan tidak bisa memberikan informasi tersebut, ada baiknya kamu mempertimbangkan kembali untuk mengambil pekerjaan tersebut karena bisa menjadi tanda lingkungan kerja yang toxic.
Lingkungan kerja bisa menjadi toxic ketika ditemukan perilaku, seperti saling meremehkan, mencemooh, menggunakan bahasa tidak sopan, mengeluh berlebihan, terlambat, membolos, membebankan pekerjaan, atau bahkan terjadi perundungan fisik maupun verbal.
Jika kamu menghadapi atau menyaksikan hal-hal ini, penting untuk mewaspadai atau melaporkannya kepada pihak berwenang.
Lingkungan kerja toxic biasanya memberi beban kerja yang berlebihan dan tidak mentoleransi kesalahan sehingga karyawan mudah lelah, sakit, dan jadi kurang produktif. Kondisi ini jelas menunjukkan tempat kerja yang tidak sehat.
Rekan kerja toxic bisa dikenali dari suasana kerja yang penuh ketidakpercayaan, seperti atasan yang terus memantau secara langsung atau mengirim pesan berulang untuk mengawasi.
Ketika kesalahan tidak ditoleransi, karyawan jadi saling menyalahkan, enggan berbagi informasi, dan cenderung menghindari tanggung jawab.
Menghadapi lingkungan kerja toxic memang tidak mudah. Oleh karena itu, berikut ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi lingkungan kerja toxic.
Setelah menjalani hari kerja yang penuh tekanan, penting untuk melepas stres dengan melakukan kegiatan menyenangkan, seperti makan enak, bertemu teman, menonton film, atau menekuni hobi.
Cara sederhana ini bisa membantu menjaga kesehatan mental saat menghadapi lingkungan kerja yang toxic.
Baca juga: 10 Contoh Soft Skill yang Wajib Kamu Miliki di Dunia Kerja
Dalam lingkungan kerja, kamu tetap perlu menjaga sikap sopan kepada semua orang, namun penting juga untuk menjalin hubungan dengan satu atau dua rekan terpercaya yang bisa menjadi panutan dan pendukung saat menghadapi situasi kerja toxic.
Penting untuk diingat bahwa rekan kerja tidak selalu harus menjadi teman dekat. Jika kamu mengidentifikasi tanda-tanda toxic pada salah satu rekan kerja, tidak ada salahnya membatasi interaksi dengan mereka.
Hindari percakapan yang tidak perlu, seperti bergosip karena kamu sendiri bisa saja menjadi target gosip di kemudian hari.
Saat menyadari lingkungan kerja toxic, penting untuk menetapkan batas yang jelas antara urusan kerja dan kehidupan pribadi, misalnya dengan datang tepat waktu, menyelesaikan tugas sesuai porsi, lalu pulang setelah jam kerja berakhir agar tetap menjaga work life balance.
Pekerjaan adalah bagian dari kebutuhan hidup, jadi penting untuk fokus pada diri sendiri dengan menjaga batas antara urusan kantor dan pribadi.
Cukup kerjakan tugas hanya saat jam kerja dan hindari membawa masalah pribadi ke lingkungan kerja agar kamu tetap punya waktu untuk istirahat dan menjernihkan pikiran.
Itulah beberapa ciri lingkungan kerja toxic dan cara menghadapinya yang perlu kamu ketahui.
Menghadapi lingkungan kerja toxic memang tidak mudah, tapi dengan mengenali ciri-cirinya, kamu bisa lebih siap menjaga kesehatan mental dan fokus membangun karier yang lebih baik.
Lingkungan kerja yang suportif dan positif tentu akan memberi dampak besar, tak hanya untuk perkembangan profesionalmu, tapi juga kesejahteraan pribadi.
Di tengah tantangan dunia kerja saat ini, tak sedikit perusahaan yang mulai menyadari pentingnya menciptakan budaya kerja yang sehat. Salah satu contohnya adalah Enesis Group, perusahaan consumer goods yang dikenal dengan budaya kerja kolaboratif, dukungan antartim, dan lingkungan kerja yang mendorong pertumbuhan individu.
Hal ini dibuktikan tiga penghargaan dari HR Asia Award 2025 yang berhasil disabet oleh Enesis Group tahun ini, mulai dari Best Companies to Work for in Asia, HR Asia Sustainable Workplace, sampai HR Asia Tech Empowerment.
View this post on Instagram
Menghadirkan berbagai produk kesehatan dan kebutuhan harian yang inovatif, Enesis Group juga terus membangun ekosistem kerja yang mendukung karyawan untuk berkembang secara profesional, sekaligus merasa dihargai sebagai individu.
Yuk, jangan ragu untuk mulai perjalanan kariermu bersama Life at Enesis. Lebih healthy dan happy berkarir di Enesis!
Baca juga: Tipe Orang yang Disenangi dalam Dunia Kerja, Apakah Itu Kamu?