toxic positivity adalah
Desember 30, 2024 Artikel

Apa Itu Toxic Positivity? Pahami Contoh dan Dampaknya!

Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza

Pernahkah kamu merasa ditekan untuk selalu bahagia dan optimis, bahkan ketika sedang merasa sedih atau marah? Jika ya, kamu mungkin pernah mengalami toxic positivity. Toxic positivity adalah fenomena di mana seseorang selalu memaksakan diri untuk berpikir positif, bahkan dalam situasi yang sulit hingga mengabaikan emosi negatif yang sebenarnya sedang dirasakan. 

Padahal, menampik perasaan negatif justru bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang, lho. Yuk, cari tahu lebih dalam tentang apa itu toxic positivity, contoh, serta dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Simak informasi selengkapnya berikut ini!

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah kecenderungan untuk selalu berpikir positif dan menolak segala bentuk emosi negatif. Meskipun berpikir positif itu baik, menolak untuk mengakui dan merasakan emosi negatif justru dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan mental.

Orang yang terjebak dalam toxic positivity cenderung menghindari perasaan negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa atas apa yang terjadi. Padahal, merasakan dan mengekspresikan emosi negatif juga merupakan bagian penting dari kesehatan emosional.

Jika terus-menerus menekan emosi negatif dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu berbagai masalah mental, seperti stres berat, kecemasan berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan zat terlarang, depresi, hingga PTSD.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Orang Stres dan Cara Mengatasinya

Contoh Toxic Positivity

Toxic positivity sering kali tidak disadari karena terlihat seperti bentuk dukungan atau motivasi. Padahal, mengabaikan perasaan atau pengalaman negatif seseorang bisa membahayakan kesehatan mental. Berikut beberapa contoh situasi yang mencerminkan toxic positivity:

  • Ketika seseorang kehilangan pekerjaan, temannya berkata, “Ambil hikmahnya saja.” Meskipun dimaksudkan untuk memberi dukungan, pernyataan ini justru menghalangi orang tersebut untuk mengungkapkan perasaannya.
  • Saat seseorang kehilangan anggota keluarga, temannya mengatakan, “Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.” Meskipun niatnya menghibur, kalimat ini cenderung menghindari rasa sakit yang dirasakan orang tersebut.
  • Ketika seseorang mengungkapkan kesedihan atau kekecewaan, orang lain mengatakan, “Kebahagiaan adalah pilihan.” Hal ini bisa membuat orang tersebut merasa bahwa emosi negatif yang dirasakannya adalah kesalahan pribadi karena tidak memilih untuk bahagia.
  • Ketika seseorang menghadapi masa sulit, meminta mereka untuk “melihat sisi baiknya” bisa terasa seperti menyalahkan. Seolah-olah mereka tidak cukup bijak untuk melihat sisi positifnya. Padahal, dalam kondisi tertentu, sangat wajar jika seseorang hanya bisa fokus pada sisi negatif. 
  • Saat seseorang tertimpa musibah, orang lain berkata, “Setidaknya kamu masih lebih beruntung dari orang lain!” Padahal, masalah hidup bukanlah soal siapa yang lebih menderita. Kalimat ini justru bisa membuat seseorang merasa tidak berhak untuk sedih, kecewa, atau frustrasi.

Baca juga: 10 Cara Agar Mental Kuat Menjalani Kehidupan Sehari-hari

Dampak Toxic Positivity

Toxic positivity yang dibiarkan terjadi terus menerus akan menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan. Berikut adalah beberapa dampak toxic positivity yang bisa memengaruhi kesehatan mental:

1. Kesulitan dalam Mengekspresikan Perasaan

Toxic positivity dapat membuat seseorang kesulitan untuk mengungkapkan emosi yang sebenarnya mereka rasakan. Hal ini terjadi karena mereka merasa harus selalu berpikir positif dan menekan perasaan negatif. 

Akibatnya, mereka mungkin menahan rasa sedih, marah, atau kecewa, yang seharusnya diekspresikan untuk pemulihan emosional. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan emosi ini bisa memperburuk perasaan dan menambah beban mental dalam jangka panjang.

2. Menghadapi Masalah Kesehatan Mental

Pikiran yang penuh dan perasaan gelisah yang terus-menerus dapat dengan mudah menyebabkan stres, yang pada akhirnya merusak kesehatan mental. Kondisi ini ibarat racun yang mengendap di pikiran dan hati, merugikan diri sendiri serta orang lain di sekitar.

3. Sulit Menjalin Hubungan Sosial

Sifat toxic positivity sering kali membuat seseorang sulit untuk jujur, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Padahal, berbagi masalah dengan orang lain bisa menjadi cara yang baik untuk menemukan solusi. 

Namun, karena kecenderungan ini, orang tersebut enggan mengungkapkan masalah yang dihadapi. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat membuat hubungan sosialnya terganggu karena kurangnya keterbukaan. Bahkan saat bergaul, emosi yang ditunjukkan cenderung palsu, yang justru semakin menekan dirinya.

4. Merasa Selalu Benar

Beberapa orang dengan kecenderungan toxic positivity ingin dianggap sebagai sosok paling positif di lingkungannya. Akibatnya, mereka sering mengabaikan kenyataan yang ada dan selalu mencari alasan untuk membenarkan tindakannya. 

Hal ini membuat mereka terkadang meremehkan masalah orang lain, bahkan merasa bahwa orang lain lebih lemah atau tidak mampu dibandingkan dengan dirinya.

5. Menimbulkan Inferiority Complex

Toxic positivity dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman menunjukkan kerentanannya di depan orang lain. Mereka mungkin merasa malu atau rendah diri jika terlihat tidak baik-baik saja karena ada tekanan untuk selalu tampak kuat dan positif. 

Akibatnya, mereka cenderung menekan emosi negatif dan berusaha keras menyembunyikan masalahnya, yang justru dapat memperburuk perasaan tidak berharga atau kurang percaya diri.

Itulah penjelasan mengenai pengertian toxic positivity hingga dampak negatifnya. Toxic positivity adalah salah satu bentuk pemikiran yang dapat menghambat kesehatan mental kamu karena menekan perasaan yang sebenarnya perlu diekspresikan.

Dengan memahami dampak negatif dari toxic positivity dan mulai memberikan ruang bagi perasaan yang ada, kamu bisa menjaga keseimbangan emosional dan kesehatan mental yang lebih baik. 

Salah satu cara yang bisa membantu kamu meredakan stres dan mengelola emosi negatif adalah dengan menggunakan minyak aromaterapi. Minyak aromaterapi, seperti yang ada dalam produk Plossa dapat memberikan ketenangan dan membantu mengurangi kecemasan, sekaligus menciptakan suasana yang lebih rileks dan nyaman.

Cobalah Plossa Press & Soothe Aromatics, minyak aromaterapi dari Enesis Group dengan manfaat multifungsi 4 in 1, yakni pijat, kerok, roll on, serta inhaler. Minyak ini bisa membantu menenangkan pikiran dan tubuh, memberikan dukungan untuk mengatasi stres, serta menciptakan momen tenang yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental yang lebih baik.

Jadi, pilih Plossa, healthy product for healthy family untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental kamu di tengah kesibukan serta tantangan hidup sehari-hari!

Baca juga: 9 Tips Menjaga Kesehatan Mental yang Efektif, Wajib Tahu!

Related article