pengolahan sampah organik
Maret 1, 2024 Artikel

5 Cara Pengolahan Sampah Organik yang Tepat, Yuk Catat!

Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza

Soffell – Tahukah Anda? Menurut data dari KLHK pada tahun 2022, jumlah sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton/tahun yang didominasi oleh sampah organik. Oleh karena itu, demi menjaga kesehatan dan keberlanjutan lingkungan, Anda harus tahu tips pengolahan sampah organik yang tepat.

Dengan mempelajari cara mengolah sampah organik, seperti menerapkan konsep 3R dan lainnya, Anda tidak hanya membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menurunkan risiko kesehatan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Jadi, mari simak tips pengolahan sampah organik yang benar berikut ini!

Tips Pengolahan Sampah Organik

Sampah organik adalah bahan yang dapat mengalami pembusukan, seperti sisa-sisa makanan, kotoran hewan, dan dedaunan kering. Adapun cara mengolah sampah organik di rumah sebagai bentuk menjaga kebersihan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Memisahkan Sampah Berdasarkan Jenisnya

Tips pengolahan sampah organik yang pertama adalah memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Sampah organik jelas berbeda dengan sampah anorganik. Sampah anorganik adalah jenis sampah yang berasal dari benda tak hidup, seperti kaleng, karton, dan plastik.

Sampah organik juga berbeda dengan sampah B3. Sampah B3 adalah jenis sampah dengan kandungan zat yang berbahaya dan bersifat racun. Sampah ini bisa berasal dari limbah rumah tangga, seperti aki, baterai, atau barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai.

Sementara itu, sampah organik terbagi menjadi dua jenis, yaitu basah dan kering. Sampah organik basah mencakup berbagai macam material, seperti sisa makanan, sayuran, dan kulit buah. Sementara itu, sampah organik kering meliputi daun-daun kering yang ada di teras rumah, jalan, atau taman.

2. Menerapkan Prinsip 3R

Cara mengolah limbah organik selanjutnya adalah menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), yang mencakup pengurangan volume sampah, menggunakan kembali barang yang telah terpakai, dan mendaur ulang sampah. Cara ini juga bisa menjadi langkah yang tepat untuk memulai zero waste lifestyle.

Meski begitu, perlu diketahui bahwa penerapan konsep 3R untuk pengolahan sampah organik cenderung lebih sulit karena jenis sampah ini mudah membusuk. Tapi, Anda tetap bisa menerapkan konsep ini dengan membuat pupuk kompos yang berasal dari sampah organik.

Baca juga: 14 Cara Membersihkan Kamar Mandi Sendiri, Mudah & Efektif!

3. Membuat Komposter

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Anda bisa membuat pupuk kompos di rumah sebagai cara mengolah sampah organik basah dan kering.

Untuk membuat kompos rumahan sebagai pengolahan sampah organik, Anda dapat menerapkan teknik-teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi rumah Anda. Teknik-teknik tersebut meliputi:

  • Biopori: membuat kompos dengan pipa paralon berdiameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil di sisinya, lalu dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.
  • Loeseda (Lodong Sesa Dapur): komposter yang populer di Bandung dan tekniknya seperti biopori. Perbedaannya yaitu dibuat dengan pipa berlubang setinggi 120 cm dan ditanam sedalam 30-40 cm.  
  • Komposter Drum: menggunakan drum plastik atau metal yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara. Teknik ini cocok diterapkan pada lahan yang terbatas.
  • Komposter Karung: berukuran mulai dari 60-200 liter dan cocok diterapkan untuk mengolah sampah organik dalam jumlah banyak. Lalu, sampah yang dimasukkan sebaiknya berasal dari hasil kebun, seperti daun dan ranting.
  • Komposter Pot atau Gerabah: jenis kompos ini lebih baik daripada penggunaan plastik, karena dapat menghasilkan lebih banyak oksigen sehingga meningkatkan sirkulasi udara.
  • Keranjang Takakura: teknik yang menggunakan keranjang cucian bekas yang dilubangi dan dilapisi dengan kardus bekas.
  • Eco-Enzyme: fermentasi air dan limbah dapur organik, seperti sisa buah dan sayuran serta gula (gula tebu, gula cokelat, dan gula merah). Komposter ini akan menghasilkan cairan berwarna cokelat dengan aroma asam segar yang bisa digunakan untuk membersihkan rumah, insektisida, serta pupuk.

Saat menerapkan teknik di atas, Anda harus menggabungkan sampah organik kering dan basah dengan perbandingan 60:40. Kemudian, tambahkan tanah ke dalamnya, maksimal satu genggam untuk komposter yang bervolume 20 liter.

Jangan lupa untuk rutin membuka komposter setiap 3-4 hari sekali dan aduk sampahnya agar tercampur secara merata, sehingga hasil komposnya bisa lebih baik.

Baca juga: Mengenal Perilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

4. Memisahkan Sampah Organik Hewani

Jika Anda berencana untuk membuat komposter sebagai pengolahan sampah organik, maka Anda harus memisahkan sampah yang berasal dari hewan, seperti insang ikan atau tulang ayam. Hal ini dikarenakan kehadiran sampah organik hewani justru dapat menghambat pembentukan kompos secara keseluruhan dan bisa mengakibatkan kegagalan.

5. Melakukan Penggantian Barang

Tips pengolahan sampah organik yang terakhir adalah mengganti penggunaan barang yang rentan rusak dengan barang yang tahan lama dan ramah lingkungan. Biasanya, jenis barang tersebut memiliki kualitas yang lebih tinggi sehingga bisa digunakan untuk jangka panjang.

Selain itu, hindari penggunaan barang sekali pakai, seperti tas atau sedotan yang terbuat dari plastik. Sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan barang yang dapat digunakan berulang kali, seperti tas belanja yang terbuat dari kain dan sedotan bambu.

Itu dia beberapa tips pengolahan sampah organik yang perlu diketahui. Dengan menerapkan cara-cara di atas, Anda bisa membantu menjaga kesehatan lingkungan dan menghindari risiko-risiko penyakit akibat sampah organik yang menumpuk.

Lalu, saat mengelola sampah organik, pasti akan ada banyak nyamuk yang berkumpul di tumpukan sampah tersebut yang bisa mengganggu aktivitas Anda. Oleh sebab itu, Anda perlu melindungi kulit dari gigitan nyamuk dengan menggunakan salah satu produk Enesis Group, yaitu Soffell.

Soffell merupakan lotion dan spray antinyamuk yang dapat melindungi tubuh selama 8 jam, sehingga Anda tidak perlu khawatir soal gigitan nyamuk saat mengelola sampah. Selain itu, Soffell juga dapat menjaga kelembapan kulit berkat kandungan moisturizer di dalamnya, serta tidak akan membuat kulit terasa panas dan lengket saat digunakan.

Jadi, sebelum mengelola sampah organik, jangan lupa gunakan Soffell dulu supaya terlindungi dari gigitan nyamuk, ya. Healthy product for healthy family!

Baca juga: Kenali Program 3M Plus, Cara untuk Mencegah Demam Berdarah

Related article