pengolahan sampah organik
Mei 9, 2025 Artikel

5 Cara Efektif Pengolahan Sampah Organik di Rumah

Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza

Tahukah kamu? Berdasarkan data KLHK tahun 2022, total sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton per tahun, dan sebagian besar berasal dari limbah organik. Kondisi ini menunjukkan pentingnya pengolahan sampah organik yang tepat demi menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Sebagai langkah awal, kamu bisa memahami cara mengelola sampah organik, misalnya seperti menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan begitu, kamu turut membantu mengurangi pencemaran dan dampak buruk terhadap ekosistem.

Selain berdampak baik terhadap ekosistem, praktik ini juga dapat meminimalkan risiko penyakit yang muncul akibat penumpukan sampah di sekitar kita.

Lalu, bagaimana cara mengolah sampah organik dengan tepat? Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan mulai dari rumah!

Tips Pengolahan Sampah Organik

Sampah organik adalah bahan yang dapat mengalami pembusukan, seperti sisa-sisa makanan, kotoran hewan, dan dedaunan kering. Adapun cara mengolah sampah organik di rumah sebagai bentuk menjaga kebersihan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Memisahkan Sampah Berdasarkan Jenisnya

Salah satu tips pengolahan sampah organik yang wajib kamu terapkan di rumah adalah memisahkan sampah berdasarkan jenisnya.

Ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam cara mengolah sampah rumah tangga secara efektif dan ramah lingkungan.

Sampah anorganik seperti plastik, karton, dan kaleng berasal dari bahan tak hidup dan tidak mudah terurai. Sementara itu, sampah B3 atau bahan berbahaya dan beracun—seperti baterai, aki, atau barang elektronik bekas—perlu penanganan khusus karena bisa mencemari lingkungan.

Berbeda dari dua jenis tersebut, sampah organik berasal dari bahan alami dan terbagi menjadi dua jenis: basah dan kering. Contoh sampah basah antara lain sisa makanan, kulit buah, dan sayuran, sedangkan sampah kering mencakup daun-daun kering dari halaman atau taman.

Dengan mengenali jenis dan karakteristik masing-masing limbah, kamu bisa mulai mengelola sampah organik secara bijak untuk mendukung lingkungan yang lebih sehat dan bersih.

2. Menerapkan Prinsip 3R

Langkah kedua dalam mengolah limbah organik adalah menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), yang mencakup pengurangan volume sampah, menggunakan kembali barang yang telah terpakai, dan mendaur ulang sampah. Cara ini juga bisa menjadi langkah yang tepat untuk memulai zero waste lifestyle.

Namun, perlu diketahui bahwa penerapan konsep 3R untuk pengolahan sampah organik cenderung lebih sulit. Hal ini disebabkan karena jenis sampah ini mudah membusuk. Tapi, kamu tetap bisa menerapkan konsep ini dengan membuat pupuk kompos yang berasal dari sampah organik.

Baca juga: 14 Cara Membersihkan Kamar Mandi Sendiri, Mudah & Efektif!

3. Membuat Komposter

Selanjutnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, kamu bisa membuat pupuk kompos di rumah sebagai cara mengolah sampah organik basah dan kering.

Sebagai lanjutan dari penerapan 3R, kamu juga bisa membuat kompos rumahan dengan menerapkan teknik-teknik berikut:

  • Biopori: membuat kompos dengan pipa paralon berdiameter 10 cm yang dilubangi kecil-kecil di sisinya, lalu dimasukkan secara vertikal ke dalam tanah sedalam 1 meter.
  • Loeseda (Lodong Sesa Dapur): komposter yang populer di Bandung dan tekniknya seperti biopori. Perbedaannya yaitu dibuat dengan pipa berlubang setinggi 120 cm dan ditanam sedalam 30-40 cm.  
  • Komposter Drum: menggunakan drum plastik atau metal yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara. Teknik ini cocok diterapkan pada lahan yang terbatas.
  • Komposter Karung: berukuran mulai dari 60-200 liter dan cocok diterapkan untuk mengolah sampah organik dalam jumlah banyak. Lalu, sampah yang dimasukkan sebaiknya berasal dari hasil kebun, seperti daun dan ranting.
  • Komposter Pot atau Gerabah: jenis kompos ini lebih baik daripada penggunaan plastik, karena dapat menghasilkan lebih banyak oksigen sehingga meningkatkan sirkulasi udara.
  • Keranjang Takakura: teknik yang menggunakan keranjang cucian bekas yang dilubangi dan dilapisi dengan kardus bekas.
  • Eco-Enzyme: fermentasi air dan limbah dapur organik, seperti sisa buah dan sayuran serta gula (gula tebu, gula cokelat, dan gula merah). Komposter ini akan menghasilkan cairan berwarna cokelat dengan aroma asam segar yang bisa digunakan untuk membersihkan rumah, insektisida, serta pupuk.

Saat menerapkan teknik di atas, kamu harus menggabungkan sampah organik kering dan basah dengan perbandingan 60:40. Kemudian, tambahkan tanah ke dalamnya, maksimal satu genggam untuk komposter yang bervolume 20 liter.

Jangan lupa untuk rutin membuka komposter setiap 3-4 hari sekali dan aduk sampahnya agar tercampur secara merata, sehingga hasil komposnya bisa lebih baik.

Baca juga: Mengenal Perilaku PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

4. Memisahkan Sampah Organik Hewani

Jika kamu berencana untuk membuat komposter sebagai pengolahan sampah organik, maka kamu harus memisahkan sampah yang berasal dari hewan, seperti insang ikan atau tulang ayam. Hal ini dikarenakan kehadiran sampah organik hewani justru dapat menghambat pembentukan kompos secara keseluruhan dan bisa mengakibatkan kegagalan.

5. Melakukan Penggantian Barang

Tips pengolahan sampah organik yang terakhir adalah mengganti penggunaan barang yang rentan rusak dengan barang yang tahan lama dan ramah lingkungan. Biasanya, jenis barang tersebut memiliki kualitas yang lebih tinggi sehingga bisa digunakan untuk jangka panjang.

Selain itu, hindari penggunaan barang sekali pakai, seperti tas atau sedotan yang terbuat dari plastik. Sebagai gantinya, kamu bisa menggunakan barang yang dapat digunakan berulang kali, seperti tas belanja yang terbuat dari kain dan sedotan bambu.

Sebagai rangkuman, itu dia tadi beberapa tips pengolahan sampah organik yang dapat kamu terapkan untuk menjaga lingkungan. Dengan menerapkan cara-cara di atas, kamu bisa membantu menjaga kesehatan lingkungan dan menghindari risiko-risiko penyakit akibat sampah organik yang menumpuk.

Namun, penting untuk diingat bahwa proses pengelolaan sampah organik juga menyimpan risiko lain, seperti ancaman nyamuk. Oleh sebab itu, kamu perlu melindungi kulit dari gigitan nyamuk dengan menggunakan salah satu produk Enesis Group, yaitu Soffell.

Soffell merupakan lotion dan spray antinyamuk yang dapat melindungi tubuh selama 8 jam, sehingga kamu tidak perlu khawatir soal gigitan nyamuk saat mengelola sampah. Selain itu, Soffell juga dapat menjaga kelembapan kulit berkat kandungan moisturizer di dalamnya, serta tidak akan membuat kulit terasa panas dan lengket saat digunakan.

Oleh karena itu, pastikan kamu melindungi diri dengan menggunakan Soffell sebelum mulai mengelola sampah organik ya. Healthy product for healthy family!

Baca juga: Kenali Program 3M Plus, Cara untuk Mencegah Demam Berdarah

Related article