Inilah Cara Mengecek DBD pada Anak yang Simpel Tapi Efektif
Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza, dr. Anggi Medita
Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza, dr. Anggi Medita
Demam Berdarah Dengue atau DBD bukan sekadar demam biasa. Pada anak-anak dan lansia dengan sistem imun yang rentan, DBD bisa berkembang cepat menjadi kondisi yang mengancam. Setiap detik sangatlah berharga, baik di fase kritis ataupun fase-fase lainnya.
Sudahkah kamu tahu cara mengecek DBD pada anak? Jangan biarkan ketidaktahuan membuatmu menyesal di kemudian hari. Berikut ini adalah cara mengecek, gejala, dan fase-fase demam berdarah yang wajib kami tahu demi keselamatan buah hati Anda.
Mengetahui cara mengecek DBD pada anak sangat penting agar kamu bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi saat dokter melakukan pemeriksaan. Berikut adalah beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis dan memastikan DBD pada anak. Simak lebih lanjut!
Cara mengecek DBD pada anak yang pertama adalah dengan melakukan tes darah lengkap. Tes ini dilakukan untuk melihat perubahan jumlah trombosit, leukosit, dan hematokrit dalam darah. Penurunan drastis trombosit dan peningkatan hematokrit menunjukkan infeksi DBD.
Umumnya, kadar trombosit akan menurun hingga kurang dari 150 ribu/mikroliter dan kadar leukosit akan menurun hingga kurang dari 5.000/mikroliter. Sementara itu, kadar hematokrit akan meningkat hingga 5–10 %.
Tes Dengue NS1 digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus dengue dalam darah. Tes ini sangat efektif jika dilakukan pada hari pertama hingga kelima setelah demam muncul. Jika hasilnya positif, maka anak kemungkinan besar terkena DBD.
Meskipun begitu, anak bisa saja mendapat hasil Tes Dengue NS1 negatif dan tetap menunjukkan gejala demam berdarah. Untuk itu, cara mengecek DBD pada anak harus dilanjutkan dengan Tes Anti-Dengue IgG/IgM.
Tes Anti-Dengue dilakukan untuk mendeteksi antibodi yang muncul sebagai respons terhadap infeksi virus dengue. Tes ini digunakan untuk memastikan diagnosis DBD pada anak jika hasil tes sebelumnya masih meragukan.
Tes ini bekerja dengan memeriksa apakah di dalam darah terbentuk antibodi IgG dan IgM sebagai respons tubuh terhadap virus dengue. Jika hasil dari tes ini positif, maka anak telah mengalami infeksi DBD akut dan harus segala mendapat pertolongan medis yang maksimal.
Selain melakukan pemeriksaan medis, penting bagi kamu untuk mengenali gejala DBD pada anak sejak dini. Gejala awal sering kali mirip dengan flu biasa sehingga bisa sulit dibedakan tanpa tes medis. Namun, ada beberapa tanda khas yang bisa kamu kenali, seperti:
Salah satu gejala DBD pada anak yang paling umum adalah demam tinggi hingga 39–41°C yang tiba-tiba. Ciri khas demam pada dbd sering disebut siklus tapal kuda karena demam naik turun seperti pelana kuda, dimana pada awal fase demam tinggi, penurunan, dan kemudian naik kembali. Demam ini biasanya berlangsung selama 1–3 hari pada fase demam tinggi dan sering disertai dengan mual serta muntah. Sebaiknya, segera bawa anak ke dokter untuk didiagnosa.
Bintik-bintik merah pada kulit merupakan tanda khas DBD yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah kecil. Ruam ini tidak hilang saat ditekan dan biasanya muncul di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya.
Bintik-bintik merah ini sering kali diikuti dengan demam yang mereda. Padahal, di fase inilah level trombosit anak berada di level kritis. Untuk itu, selalu periksa semua bagian tubuh anak dengan cermat agar fase ini bisa ditangani dengan segera.
Sakit kepala yang intens terutama di sekitar dahi dan belakang mata adalah gejala DBD pada anak yang cukup sering terjadi. Nyeri ini bisa membuat anak lebih sensitif dengan cahaya sehingga sulit tidur dan rewel.
Mimisan dan gusi berdarah tanpa sebab yang jelas juga bisa menjadi tanda penurunan trombosit yang signifikan. Kondisi ini berbahaya karena risiko kebocoran plasma darah, komplikasi DBD, dan kegagalan organ cenderung meningkat.
Anak yang terkena DBD umumnya akan sering rewel dan mengeluh sakit hebat pada sendi, otot, dan tulang. Kondisi ini sering disebut sebagai “breakbone fever“. Rasa sakit ini sangat intens sehingga dapat membuat anak sulit bergerak, berjalan, atau bahkan tidur dengan nyenyak.
Baca juga: Beberapa Gejala Demam Berdarah yang Jarang Diketahui
Demam berdarah memiliki beberapa tahap perkembangan yang perlu dipahami agar dapat ditangani dengan baik. Fase DBD pada anak terbagi menjadi tiga, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.
Sementara itu, penyebab DBD pada anak adalah infeksi virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Simak penjelasannya berikut ini.
Fase pertama disebut fase demam. Fase ini ditandai dengan demam tinggi secara tiba-tiba selama 1–3 hari atau lebih. Pada tahap ini, anak bisa mengalami sakit kepala, mual, nyeri sendi, serta bintik-bintik merah pada kulit.
Fase kedua adalah fase kritis. Fase ini terjadi setelah demam muncul. Pada fase ini, suhu tubuh anak bisa turun secara tiba-tiba. Banyak orang tua mengira anak sudah sembuh. Padahal, inilah fase paling berbahaya karena risiko kebocoran plasma dan perdarahan meningkat tajam.
Fase ketiga adalah fase pemulihan. Pada tahap ini, kondisi anak mulai membaik, trombosit kembali meningkat, dan cairan tubuh yang hilang mulai tergantikan. Meskipun demikian, anak tetap harus mendapatkan perawatan dan istirahat yang intensif agar benar-benar pulih.
Baca juga: Ini Perjalanan Fase Demam Berdarah yang Wajib Diketahui
Nah, itulah tadi penjelasan lengkap tentang cara mengecek DBD pada anak dan gejala-gejala yang sering timbul. Demam Berdarah Dengue tidak sama dengan penyakit demam pada umumnya karena rasa sakitnya lebih hebat dan bertahan lebih lama.
Untuk itu, selalu berikan perlindungan terbaik bagi buah hati kamu dari bahaya demam berdarah yang mengintai. Salah satu langkah preventif yang mudah adalah melindungi buah hati dan keluarga dengan Soffell. Kandungan bahan aktif Soffell membantumu melindungi kulit dari gigitan nyamuk yang berbahaya.
Soffell adalah produk dari Enesis Group yang tersedia dalam kemasan spray dan lotion yang lembut dan tidak lengket di kulit. Soffell ada dalam tiga varian aroma yang tidak disukai nyamuk, ada kulit jeruk, bunga geranium, bengkoang, dan apel. Moisturizer yang terkandung dalam Soffell juga dirancang khusus agar tidak menimbulkan efek panas.
Jadikan Soffell bagian dari perlengkapan wajib keluarga untuk dipakai di kegiatan sehari-hari. Ayo, jauhkan kulit si buah hati tercinta dari gigitan nyamuk dengan memakai healthy product for healthy family, seperti Soffell!