Apakah Asam Lambung bisa Sembuh? Ini Jawabannya!
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Reviewed by: dr. Sagita Nindra, MD, dr. Shabrina Ghassani Roza
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi di mana produksi asam lambung terlalu berlebihan hingga mencapai atau naik kembali ke kerongkongan. Akibatnya, akan muncul beberapa keluhan, seperti nyeri tenggorokan, sesak napas, mual, tidak nyaman pada area dada hingga kesulitan menelan. Ini tentu sangat mengganggu dan membuat penderitanya bertanya-tanya apakah penyakit asam lambung bisa sembuh atau tidak.
Namun, perlu diketahui bahwa sebetulnya, asam lambung merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting bagi organ pencernaan. Asam membantu memecah makanan sehingga nutrisi yang diperlukan tubuh bisa diserap dengan baik.
Oleh karena itu, di artikel ini akan dibahas secara lengkap tentang apa saja penyebab asam lambung dan apakah asam lambung bisa sembuh. Jika ya, bagaimana caranya? Yuk, simak sampai akhir!
Sebelum mengetahui apakah asam lambung bisa sembuh atau tidak, perlu diingat bahwa lambung memiliki semacam katup yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (LES). Fungsinya adalah untuk menutup saluran yang menghubungkan antara lambung dan kerongkongan sehingga asam lambung bisa tetap berada di tempatnya.
Namun, sfingter esofagus ini bisa melemah apabila terjadi kontak dengan asam lambung secara terus-menerus. Akibatnya, sfingter esofagus perlahan kehilangan fungsinya untuk menutup dan terjadilah asam lambung yang naik hingga ke kerongkongan.
Dari sini, mungkin muncul pertanyaan, “apakah asam lambung bisa sembuh jika sfingter esofagus dioperasi?” Jawabannya adalah tidak, karena operasi sfingter esofagus hanya bisa membantu memperkuat sfingter tersebut sehingga meminimalkan terjadinya refluks asam lambung, bukan menyembuhkan.
Kebiasaan makan yang buruk ini ada beberapa jenisnya. Contoh pertama adalah kebiasaan makan ketika lambung sudah nyaris kosong. Ini akan memicu produksi asam lambung berlebih sehingga menyebabkan asam lambung mencapai esofagus dan terjadilah iritasi.
Kebiasaan yang kedua yaitu makan dengan porsi yang terlalu besar. Ini akan membuat lambung terlalu penuh sehingga sfingter bisa melemah karena terus-menerus menerima tekanan.
Kebiasaan lainnya adalah apabila Anda sering makan beberapa saat sebelum jam tidur. Ini mengakibatkan asam lambung tidak memiliki cukup waktu untuk mencerna makanan dengan baik, sehingga saat berbaring akan terjadi tekanan pada sfingter dan asam lambung jadi memiliki akses untuk naik ke kerongkongan.
Baca juga: 9 Ciri-Ciri Asam Lambung Naik yang Tidak Boleh Diabaikan!
Makan sembarangan yang dimaksud di sini adalah ketika Anda mengonsumsi makanan yang bisa memicu asam lambung terlalu sering, seperti mengonsumsi makanan pedas, makanan asam, dan makanan berlemak.
Makanan pedas mengandung senyawa capsaicin yang apabila dikonsumsi akan menyebabkan peningkatan keasaman di lambung sekaligus merangsang produksi asam lambung berlebih. Selain itu, makanan asam seperti tomat dan jeruk mengandung asam sitrat dan asam askorbat yang juga dapat memicu produksi asam lambung berlebih.
Adapun makanan berlemak yang umumnya memerlukan lebih banyak waktu untuk bisa dicerna sehingga diperlukan asam lambung yang lebih banyak juga agar lambung bisa mencernanya dengan baik. Jadi, selain memicu produksi asam lambung berlebih, makanan berlemak akan tinggal lebih lama di lambung sehingga bisa menyebabkan penumpukan makanan yang kemudian akan memberi tekanan pada esofagus.
Kandungan nikotin pada rokok akan merangsang produksi asam lambung berlebih. Sementara itu, kafein merangsang produksi asam lambung melalui pelepasan hormon gastrin dan stimulasi sel-sel parietal di dinding lambung.
Penderita obesitas umumnya memiliki pola makan yang tidak sehat, seperti kecenderungan mengonsumsi makanan pedas dan tinggi lemak. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa makanan tersebut akan memicu produksi asam lambung berlebih.
Selain itu, lemak berlebih yang dimiliki penderita obesitas juga akan menyebabkan tekanan pada lambung sehingga ruang di dalam perut menjadi lebih sempit. Akibatnya, refluks asam lambung pun terjadi.
Selama masa kehamilan, pertumbuhan janin akan memberi tekanan pada lambung. Selain itu, tubuh wanita akan mengalami perubahan hormon yang disebut progesteron, di mana otot-otot di tubuh menjadi longgar, termasuk otot-otot di area perut dan kerongkongan.
Hal ini berpotensi menjadi salah satu pemicu terjadinya asam lambung akibat tekanan di area perut dan melemahnya otot sfingter esofagus.
Beberapa jenis obat biasanya tidak disarankan dikonsumsi oleh penderita penyakit tertentu. Untuk asam lambung sendiri, biasanya tidak cocok dengan obat yang mengandung anti inflamasi non steroid (NSAIDs) dan antidepresan. Hal ini karena kandungan obat tersebut dapat mengganggu gerakan normal lambung sehingga berisiko terjadi iritasi maupun produksi asam lambung berlebih.
Pertanyaan tentang apakah asam lambung bisa sembuh atau tidak memang masih kerap jadi perdebatan. Sayangnya, hingga saat ini memang belum ditemukan pengobatan GERD yang bisa menyembuhkan secara total. Hal ini karena GERD adalah salah satu jenis penyakit kronis di mana terjadi kerusakan pada dinding lambung dan sfingter esofagus bagian bawah sehingga perawatan dalam jangka panjang sekalipun tidak bisa menyembuhkan total.
Namun, gejala GERD bisa dikontrol melalui beberapa cara sehingga Anda bisa hidup normal tanpa menderita gejala yang serius.
Baca juga: 8 Bahaya Asam Lambung Naik Jika Dibiarkan, Perlu Waspada!
Setelah mengetahui apakah asam lambung bisa sembuh atau tidak, maka berikut ini akan dibahas mengenai cara mengendalikan gejala asam lambung, mulai dari memperbaiki gaya hidup, hindari stres, menjaga berat badan, dan memperhatikan kesehatan pencernaan. Simak penjelasan detailnya.
Menghentikan kebiasaan buruk bisa dimulai dengan menghindari makanan atau minuman pemicu asam lambung, seperti makanan pedas, asam, dan tinggi lemak, serta minuman yang mengandung kafein. Selain itu, hindari tidur atau berbaring setelah makan dan hentikan kebiasaan merokok.
Ketika mengalami stres, hormon kortisol dan adrenalin akan diproduksi oleh tubuh sebagai bentuk respons terhadap situasi tertekan. Kedua hormon ini akan memicu produksi asam lambung. Apabila Anda mengalami stres berkepanjangan, akan terjadi produksi asam lambung berlebih yang menyebabkan iritasi pada lambung dan sfingter. Oleh karena itu, mengelola stres adalah salah satu langkah penting dalam meminimalkan gejala asam lambung.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa berat badan berlebih akan memberi tekanan pada perut yang kemudian memicu asam lambung. Itu sebabnya menjaga berat badan tetap ideal menjadi salah satu langkah penting untuk tidak memperparah gejala asam lambung.
Kesehatan usus sangat penting dalam membantu memaksimalkan proses pencernaan. Apabila kesehatan usus terjaga dengan baik, maka proses pencernaan pun akan berjalan dengan lancar pula. Ini tentu mencegah terjadinya penumpukan makanan di lambung yang bisa menyebabkan produksi asam lambung berlebih.
Demikian penjelasan mengenai apakah asam lambung bisa sembuh, beserta penyebab, dan cara mengendalikan gejalanya. Berdasarkan pemaparan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa gejala asam lambung sangatlah bisa diminimalkan apabila Anda berkomitmen untuk memperbaiki kualitas hidup.
Selain mengoptimalkan gaya hidup yang sehat, Anda juga disarankan mengonsumsi Scrubber untuk membantu memaksimalkan kesehatan organ pencernaan Anda, khususnya dalam menjaga keseimbangan mikroba dan memperlancar pergerakan usus.
Scrubber merupakan produk dari Enesis Group yang terbuat dari sari jeruk asli. Kandungan probiotik, prebiotik, dan serat di dalamnya akan berperan secara efektif dalam mengatasi gejala GERD. Healthy product for healthy family!
Baca juga: 4 Perbedaan GERD dan Maag (Gastritis), Serupa Tapi Tak Sama!