difteri adalah
Mei 16, 2024 Artikel

Apa itu Difteri? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Antis – Difteri adalah salah satu penyakit menular yang perlu kamu waspadai di kehidupan sehari-hari. Sebab, difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat dengan mudah menyebar melalui batuk, bersin, dan luka terbuka.

Adapun gejala difteri yang biasanya dialami penderitanya yaitu sakit tenggorokan dan masalah pernapasan. Jika penyakit ini tidak segera diatasi, penderita difteri dapat mengalami komplikasi pada organ pernapasan, jantung, hingga saraf. Untuk itu, yuk kenali penyakit ini lebih lanjut guna menurunkan risiko terjangkit penyakit difteri!

Apa itu Difteri?

Difteri adalah penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Dengan mudahnya, bakteri ini dapat menyerang seseorang melalui batuk, bersin, hingga luka yang terbuka. Perlu diketahui, difteri adalah penyakit yang tidak mengenal usia sehingga dapat diderita anak-anak hingga lansia.

Adapun penyakit difteri adalah kondisi medis yang menyerang selaput lendir pada organ pernapasan, tepatnya hidung dan tenggorokan. Tak hanya itu, jika terjangkit difteri, kulit juga dapat mengalami masalah, terutama bagi kamu yang memiliki tipe kulit sensitif.

Setelah berhasil menginfeksi tubuh, bakteri akan memproduksi racun yang menyebar ke aliran darah sehingga memunculkan lapisan abu-abu tebal pada hidung, tenggorokan, lidah, maupun saluran udara. Jika tidak segera ditangani, racun ini juga dapat menyebar dan merusak jantung, otak, dan ginjal. Oleh karenanya, penyakit ini bisa mengancam jiwa.

Jenis Difteri

Secara umum, terdapat dua jenis penyakit difteri, yaitu difteri yang menyerang organ pernapasan dan difteri yang memengaruhi kulit. Berikut masing-masing penjelasannya.

  • Difteri pernafasan klasik atau classical respiratory diphtheria merupakan penyakit yang menyerang hidung, tenggorokan, hingga amandel.
  • Difteri kulit atau cutaneous diphtheria adalah penyakit langka yang ditandai dengan munculnya ruam, luka, maupun lecet pada kulit tubuh mana saja.

Baca juga: 8 Jenis Ruam pada Kulit Orang Dewasa dan Cara Mengatasinya

Penyebab Difteri

Seperti disinggung di atas, difteri adalah kondisi medis yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae dan bersifat menular. Adapun penularan penyakit ini dapat terjadi melalui berbagai cara, di antaranya sebagai berikut.

  • Menghirup partikel di udara, terutama setelah ada penderita yang batuk atau bersin.
  • Menyentuh benda yang terkontaminasi.
  • Memegang luka terbuka yang terinfeksi.

Sebagai catatan, penderita bisa saja tidak menunjukkan gejala difteri. Namun, mereka tetap mampu menularkan bakterinya selama 6 minggu setelah infeksi awal. Jadi, kamu harus berhati-hati, terutama ketika sedang berada di luar ruangan.

Faktor Risiko Difteri

Seseorang akan lebih berisiko tertular jika mengalami kondisi medis tertentu, terutama orang yang belum mendapatkan vaksinasi. Selain itu, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko difteri adalah sebagai berikut.

  • Sering berkontak langsung dengan penderita difteri.
  • Pergi ke daerah yang tingkat vaksinasi difterinya rendah.
  • Pergi ke wilayah yang kasus difterinya sedang tinggi.
  • Bertempat tinggal di pemukiman yang padat penduduk.
  • Lingkungan tempat tinggal tidak bersih.
  • Walau dapat menyerang semua usia, anak di bawah 5 tahun berisiko lebih tinggi terserang difteri. Hal ini juga berlaku untuk lansia di atas 60 tahun.
  • Terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat.
  • Sistem imun tubuh lemah.
  • Mengalami gizi buruk.
  • Mengidap HIV/AIDS.
  • Memiliki riwayat eksim atau dermatitis atopik.

Gejala Difteri

Biasanya, gejala difteri mulai timbul 2-5 hari setelah terinfeksi bakteri. Gejala yang timbul dapat bervariasi, dari yang tidak bergejala, bersifat ringan, sampai berat. Adapun beberapa gejala umum difteri adalah sebagai berikut.

  • Timbul lapisan abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
  • Luka kulit ditutupi selaput abu-abu.
  • Muncul benjolan akibat pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
  • Nyeri pada tenggorokan.
  • Suara serak.
  • Sulit bernapas atau napasnya menjadi cepat.
  • Pilek, bahkan bisa sampai berdarah.
  • Batuk keras.
  • Demam hingga menggigil.
  • Sakit kepala.
  • Merasa lemas dan lelah berlebihan.
  • Mengalami masalah penglihatan.
  • Melantur saat berbicara.
  • Kulit pucat, dingin, bahkan bisa sampai membiru.
  • Berkeringat seperti gejala syok.
  • Jantung berdebar dengan cepat.

Komplikasi Difteri

Kalau tidak segera diatasi, penderita difteri dapat mengalami komplikasi yang bisa membahayakan nyawa. Biasanya, komplikasi yang dialami penderita difteri adalah sebagai berikut.

  • Mengalami obstruksi jalan napas.
  • Jantung rusak.
  • Menderita radang otot jantung atau miokarditis.
  • Mengalami gangguan irama jantung atau aritmia.
  • Menderita gagal jantung.
  • Saraf pada tenggorokan, lengan, dan kaki mengalami kerusakan.
  • Menderita peradangan sistem saraf tepi atau neuritis.
  • Kesusahan menelan.
  • Mengalami gagal napas.
  • Otot melemah hingga lumpuh.
  • Menderita infeksi paru-paru atau pneumonia.
  • Mengalami gagal ginjal.
  • Regurgitasi cairan dan makanan.
  • Menderita peradangan otak atau ensefalitis.

Baca juga: 7 Penyebab Daya Tahan Tubuh Anak Lemah & Cara Meningkatkan

Diagnosis Difteri

Ketika pergi ke dokter untuk mengecek penyakit ini, biasanya dokter akan melakukan wawancara medis terlebih dahulu. Selanjutnya, kemungkinan rangkaian diagnosis difteri adalah sebagai berikut.

  • Melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adakah lapisan abu-abu di tenggorokan dan apa terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
  • Jika ditemukan antara dua gejala tersebut, dokter biasanya akan melakukan swab tenggorokan dengan mengambil sampel lendir untuk mengidentifikasi bakterinya.
  • Kemudian, dilakukan pengambilan sampel luka pada kulit untuk diperiksa di laboratorium.
  • Lalu, dokter akan melakukan uji elek, polymerase chain reaction assay (PCR), serta enzyme immunoassay (EIA) guna memeriksa racun yang dihasilkan bakteri.
  • Setelah itu, dokter memeriksa darah untuk menilai kadar leukosit dan infeksi.
  • Selanjutnya, troponin I juga diperiksa supaya dokter dapat mengetahui kondisi otot jantung.
  • Terakhir, rontgen dilakukan guna memahami struktur jaringan tenggorokan, kerongkongan, dan organ pada rongga dada.

Pengobatan Difteri

Jika sudah terkena difteri, kamu sebaiknya segera mengatasinya agar tidak mengalami komplikasi yang lebih berbahaya. Adapun cara mengatasi difteri adalah dengan pergi ke dokter. Biasanya, dokter akan merekomendasikan sejumlah pengobatan atau perawatan, seperti:

  • Beristirahat dengan cukup guna meningkatkan kekebalan tubuh.
  • Memastikan nutrisi dan hidrasi tubuh terpenuhi dengan melakukan diet gizi seimbang serta minum air putih secukupnya.
  • Menggunakan tabung pernapasan di tenggorokan guna menjaga jalan napas terbuka.
  • Menjaga kestabilan organ kardiovaskular, yaitu jantung dan darah.
  • Mengonsumsi antibiotik, seperti penisilin dan eritromisin, untuk membunuh bakteri dan membersihkan infeksi.
  • Menyuntikan antitoksin ke pembuluh darah untuk menetralkan racun difteri.
  • Rawat inap, bahkan diisolasi di unit perawatan intensif, untuk mencegah penyebaran difteri.

Pencegahan Difteri

Agar terhindar dari penyakit ini, kamu harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Tak hanya itu, kamu juga perlu melakukan vaksinasi difteri. Selengkapnya, cara pencegahan difteri adalah sebagai berikut.

  • Melakukan vaksinasi atau imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) sejak balita. Perlu diketahui, imunisasi ini dilakukan sebanyak 5 kali ketika anak berumur 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta saat 4-6 tahun.
  • Melakukan imunisasi booster Td atau Tdap ketika berusia 7 tahun ke atas. Adapun vaksinasi ini harus diulang 10 tahun sekali bahkan hingga sudah dewasa.
  • Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
  • Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun secara rutin.
  • Menggunakan hand sanitizer Antis agar terhindar dari bakteri. Dengan Antis, tangan dapat terlindungi dari bakteri penyebab penyakit. Apalagi, Antis memiliki efek long lasting sehingga perlindungannya akan berlangsung cukup lama.
  • Jangan berkontak langsung dengan penderita difteri.
  • Tidak pergi ke tempat yang sedang mengalami wabah difteri.
  • Jangan lupa untuk menerapkan etika batuk dan bersin di dalam ataupun luar ruangan.

Baca juga: 13 Cara Menjaga Kebersihan Rumah dengan Mudah, Ini Tipsnya!

Cegah Difteri dengan Menjaga Kebersihan Tangan

Itulah penjelasan lengkap mengenai apa itu difteri. Setelah mengetahuinya, kamu jadi lebih paham kan kenapa harus mencegah dan segera mengatasi penyakit ini?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu upaya pencegahan difteri yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan tangan. Adapun hal ini dapat dilakukan dengan cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun serta mengaplikasikan Antis apabila tidak tersedia air dan sabun di sekitar kamu.

Perlu diketahui, Antis merupakan hand sanitizer berbentuk gel dan spray yang dapat menjadi solusi paling efektif untuk mencegah bakteri maupun kuman. Dengan efek long lasting-nya, kamu dapat terlindung dari kuman dan bakteri dalam waktu yang lama.

Kalau mau sering digunakan, kamu juga tidak perlu takut kulit menjadi kering karena Antis mengandung moisturizer yang nyaman digunakan. Selain itu, Antis juga sudah sesuai dengan standar WHO dan telah teruji secara klinis sehingga aman untuk kulit.

So, tunggu apalagi? Mulai sekarang, yuk jadikan Antis sebagai solusi untuk melindungi kulit dari bakteri dan kuman. Jangan lupa, healthy products for healthy families!

Related article