sindrom skeeter
April 13, 2023 Artikel

Sindrom Skeeter – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Soffell – Pernahkah kamu mengalami bengkak seperti alergi pada area tubuh tertentu akibat digigit nyamuk? Hal tersebut bisa jadi merupakan sindrom skeeter.

Berbeda dari dampak gigitan nyamuk biasanya, skeeter syndrome dapat menyebabkan reaksi pembengkakan berlebih yang terjadi dalam beberapa hari.

Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Siapa yang berisiko mengalami dan bagaimana cara menanganinya?

Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, artikel berikut merangkum secara lengkap mulai dari penyebab, gejala, hingga pencegahannya. 

Apa itu Sindrom Skeeter?

Bagi kebanyakan orang, digigit nyamuk bukanlah masalah besar karena reaksi umum yang mungkin dirasakan adalah gatal, bentol, dan kemerahan.

Nyatanya, kamu juga mungkin mengalami sindrom skeeter akibat digigit nyamuk, lho. Namun, apa itu sindrom skeeter?

Sindrom skeeter atau skeeter syndrome adalah reaksi alergi akibat gigitan nyamuk yang menyebabkan bekas gigitannya bengkak dan bertahan hingga beberapa hari.

Sindrom ini diketahui dapat menyerang siapapun termasuk anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Adapun kalangan yang memiliki kemungkinan tinggi untuk terserang sindrom skeeter adalah anak-anak karena sistem imunnya belum terbentuk sempurna.

Namun, kamu yang sebelumnya tidak pernah alergi dengan gigitan nyamuk, juga bisa mengalami skeeter syndrome, apabila sistem kekebalan tubuh sedang menurun.

Lalu, apakah sindrom ini bisa menular? Jawabannya adalah tidak. Skeeter syndrome tidak bisa menular atau ditularkan ke orang lain.

Penyebab Sindrom Skeeter

Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, penyebab dari sindrom skeeter adalah gigitan nyamuk. Mengapa ini bisa terjadi?

Ketika menghisap darah, di saat bersamaan nyamuk juga akan mengeluarkan saliva yang mengandung protein.

Nah, protein inilah yang dapat memicu reaksi imun pada sebagian orang. Reaksi ini akan muncul setelah 8 hingga 12 jam digigit nyamuk.

Biasanya, orang yang mengalami skeeter syndrome juga diketahui memiliki alergi terhadap gigitan serangga lainnya.

Namun tak perlu khawatir, karena tubuh dapat membentuk antibodi dengan sendirinya, sehingga akan kebal setelah beberapa kali digigit oleh serangga ataupun nyamuk.

Baca juga: 12 Manfaat Bunga Lavender di Kehidupan, Bantu Usir Nyamuk!

Gejala Sindrom Skeeter

Biasanya sindrom skeeter sering salah diartikan sebagai selulitis karena memiliki gejala yang hampir sama, yaitu bengkak dan kulit kemerahan.

Nah, untuk mengetahui apakah kamu mengalami sindrom skeeter atau tidak, terdapat beberapa gejala yang bisa diperhatikan.

Adapun beberapa gejala skeeter syndrome adalah sebagai berikut:

  • Gatal-gatal
  • Terdapat area gigitan yang bengkak
  • Terdapat bagian kulit yang melepuh 
  • Demam ringan
  • Kulit menjadi kemerahan

Jika kamu mengalami beberapa gejala di atas, segera lakukan tindakan penanganan. Apabila gejala yang dialami terasa parah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, ya.

Cara Mengatasi Sindrom Skeeter

Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, gejala sindrom skeeter akan muncul setelah 8 hingga 12 jam tubuh digigit nyamuk. Namun umumnya, gejala skeeter syndrome pada bayi akan muncul dalam 20 menit setelah gigitan.

Munculnya gejala ini lebih lama jika dibandingkan dengan gigitan nyamuk pada umumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, dampak dari sindrom skeeter juga diketahui bertahan lebih lama sebelum akhirnya pulih total setelah 3 hingga 10 hari.

Namun, catatan yang perlu diperhatikan adalah jangan menggaruk bekas gigitan nyamuk agar tidak menimbulkan luka.

Nah, jika kamu mengalami sindrom ini, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya.

Adapun cara untuk menangani sindrom skeeter adalah sebagai berikut:

  • Gunakan salep oles untuk membantu mengeringkan luka agar segera sembuh
  • Gunakan es untuk mencegah inflamasi agar tidak lebih parah
  • Menggunakan obat anti alergi untuk membantu penanganan dari dalam unuk mengurangi gejala
  • Gunakan oatmeal untuk mengurangi gejala sindrom skeeter. Caranya, masak oatmeal terlebih dahulu kemudian oleskan pada bekas gigitan nyamuk. Setelah itu, bilas oatmeal setelah dibiarkan beberapa saat
  • Melakukan imunoterapi untuk membantu tubuh membentuk antibodi

Baca juga: 9 Manfaat Buah Yuzu, Jeruk Jepang yang Miliki Banyak Nutrisi

Tips Mencegah Sindrom Skeeter

Untuk mencegah skeeter syndrome, cara yang tepat untuk dilakukan adalah menghindari gigitan nyamuk.

Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa tips yang bisa kamu ikuti, di antaranya yaitu sebagai berikut:

  • Gunakan celana dan baju lengan panjang untuk menutupi area tubuh. Memilih menggunakan baju tebal juga merupakan cara yang tepat karena nyamuk akan kesusahan untuk menggigit
  • Hindari menggunakan pakaian yang berwarna cerah karena dapat menarik perhatian nyamuk
  • Bersihkan area genangan air seperti kolam, bak mandi, pot dan lainnya setiap satu minggu sekali agar tidak menjadi sarang nyamuk. 
  • Pasang kelambu di tempat tidur untuk mencegah nyamuk masuk. Dengan demikian, nyamuk akan kesulitan untuk menghampiri
  • Hindari menggunakan parfum yang memiliki aroma kuat, karena dapat memancing nyamuk untuk mendekat
  • Usahakan untuk tetap berada di dalam ruangan saat fajar dan senja karena nyamuk aktif di waktu ini
  • Gunakan lotion anti nyamuk seperti Soffell untuk menghindari gigitan, sehingga mengurangi risiko terkena skeeter syndrome. Kamu bisa mengoleskan soffel ke area kulit yang tidak tertutupi baju dan celana.

Itulah penjelasan mengenai sindrom skeeter, penyebab, gejala, cara penanganan dan tips mencegah yang bisa kamu lakukan.

Jika disimpulkan, sindrom ini dapat menyerang siapapun terutama anak-anak, dan membutuhkan waktu yang lama untuk pemulihannya.

Untuk itu, salah satu cara pencegahan yang bisa kamu lakukan adalah menggunakan Soffell.

Soffell merupakan lotion anti nyamuk yang mampu memberikan perlindungan dari gigitan hingga 8 jam.

Yuk, lindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan Soffell! Healthy product for healthy family!

Baca juga: 8 Gejala DBD pada Orang Dewasa dan Cara Menanganinya

Related article