Self Blaming: Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza, dr. Anggi Medita
Reviewed by: dr. Shabrina Ghassani Roza, dr. Anggi Medita
Pernahkah kamu merasa bahwa kamu adalah penyebab dari berbagai kesalahan yang terjadi di sekitarmu? Awas, kondisi ini bisa termasuk dalam self blaming! Secara umum, self blaming adalah kondisi di mana seseorang menyalahkan dirinya sendiri secara berlebihan, baik karena insecure atau ketika baru saja melakukan kesalahan tertentu.
Namun, alih-alih menyelesaikan permasalahan, self blaming justru bisa membuatmu semakin terpuruk dan memicu kesalahan-kesalahan lain. Untuk itu, mari pelajari apa itu self blaming, ciri, penyebab, serta cara mengatasi self blaming agar tidak semakin memburuk.
Self blaming adalah kebiasaan menyalahkan diri sendiri, di mana seseorang sering berpikir terlalu jauh atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Bahkan, dalam dunia medis, self blaming bisa dianggap sebagai pelecehan emosional yang dilakukan seseorang kepada dirinya sendiri ketika gagal mencapai suatu tujuan.
Melakukan kesalahan adalah hal yang sangat wajar bagi manusia. Namun, beberapa orang cenderung berlebihan dalam menanggapi kesalahan ini sehingga terjebak dalam kebiasaan self blaming.
Tentunya, kebiasaan self blaming perlu dihindari karena alih-alih menyelesaikan masalah, kebiasaan ini justru akan menutup kesempatan untuk memperbaiki diri dan menghambat kemampuan seseorang untuk berkembang lebih jauh.
Bahkan, jika sudah diluar kendali, kebiasaan menyalahkan diri sendiri ini bisa memicu berbagai perilaku negatif lainnya, seperti kesulitan mengontrol emosi, cenderung lebih mudah menyakiti diri sendiri (self-harm), hingga memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
Ciri-ciri orang yang sering self blaming sebenarnya sangat mudah dilihat. Berikut beberapa karakteristik kebiasaan self blaming yang paling sering dijumpai:
Secara garis besar, kebiasaan self blaming bisa disebabkan oleh berbagai hal. Adapun beberapa penyebab self blaming paling umum adalah sebagai berikut:
Orang yang sering menyalahkan dirinya biasanya memiliki standar atau suatu tujuan yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri. Tak jarang, tujuan atau standar tersebut memang kurang realistis untuk dicapai. Alhasil, ketika gagal memenuhi standar tersebut, mereka akan merasa kecewa dan mulai menyalahkan diri sendiri.
Biasanya, standar ini juga dipengaruhi oleh ekspektasi dari orang-orang di sekitar atau kebiasaan membandingkan pencapaian diri dan orang lain.
Seseorang dengan kepribadian yang obsesif atau perfeksionis sering kali terjebak dalam pola pikir bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan harus sempurna. Mereka biasanya terlalu fokus pada detail dan selalu mengharapkan hasil yang terbaik sehingga rasa takut akan kegagalan menjadi lebih besar.
Adanya trauma di masa lalu juga bisa menjadi penyebab self blaming. Jika seseorang sudah terbiasa dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan yang tidak ia lakukan, maka ia akan dihantui oleh kebiasaan itu bahkan hingga dewasa.
Jika ia kesulitan melakukan tanggung jawab tersebut dan berakhir melakukan suatu kesalahan, maka ia akan menyalahkan dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak cukup baik dalam mengemban tanggung jawab tersebut.
Faktanya, lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, atau tempat kerja juga bisa memengaruhi bagaimana seseorang memandang diri mereka. Jika terlalu lama berada di lingkungan yang mengekang dan toxic, di mana kritik, penghinaan, atau perlakuan buruk sering terjadi, maka orang tersebut akan lebih terbiasa melakukan self blaming.
Beberapa gejala depresi seperti merasa rendah diri dan rasa bersalah yang berlebihan juga kerap membuat seseorang lebih fokus pada kekurangan mereka, merasa tidak berharga, serta menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatu yang buruk dalam hidup mereka.
Baca juga: Begini Cara Meditasi Sebelum Tidur Agar Lebih Nyenyak
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kebiasaan self blaming justru bisa semakin merusak rasa percaya dirimu dan berpotensi membuatmu melakukan kesalahan-kesalahan lain yang lebih fatal.
Untuk itu, coba kurangi kebiasaan menyalahkan diri sendiri dengan beberapa langkah berikut:
Bisa dibilang, self blaming adalah kebiasaan yang tumbuh karena kurangnya rasa percaya terhadap diri sendiri. Maka dari itu, untuk menghindari kebiasaan self blaming, sebaiknya mulai tingkatkan rasa percaya ke diri sendiri. Dengan demikian, kamu bisa lebih menerima dan menyadari sejauh mana kemampuanmu.
Karena self blaming adalah kondisi yang sering kali terjadi saat seseorang melakukan kesalahan, maka ia harus belajar mengubah sudut pandang (POV) dalam melihat suatu kesalahan. Daripada melihat kesalahan sebagai bukti kelemahan atau kegagalan diri, cobalah untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Misalnya, jika kamu membuat kesalahan dalam pekerjaan atau dalam hubungan, alih-alih berpikir “Aku memang selalu gagal,” cobalah untuk berpikir “Apa yang bisa aku pelajari dari kejadian ini agar tidak terulang lagi di masa depan?”.
Cara mengatasi self blaming selanjutnya adalah dengan menyelimuti dirimu di tengah orang-orang yang positif dan konstruktif. Artinya, carilah teman yang bisa membantumu belajar tanpa membuatmu merasa disalahkan. Jika kamu merasa circle pertemanan sudah toxic dan terlalu mengekang caramu bersikap dan berpikir, maka segera keluar dari circle tersebut.
Meski kedengarannya sederhana, namun beberapa orang masih merasa sulit untuk memberi afirmasi positif ke dirinya sendiri. Nah, salah satu cara mudah untuk mengatasi self blaming adalah dengan memberikan pujian-pujian sederhana ke dirimu sendiri karena kamu sudah cukup bekerja keras selama ini.
Self compassion juga bisa disebut sebagai rasa berbelas kasih kepada diri sendiri. Kamu perlu tanamkan bahwa orang pertama yang kamu miliki adalah dirimu sendiri. Maka dari itu, terimalah setiap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri dan hindari membandingkan kemampuanmu dengan orang lain.
Terakhir, selalu tanamkan mindset bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang sangat wajar dan daripada berlarut dan menyesali kesalahan tersebut, baiknya segera ambil langkah yang bisa menyelesaikan masalah dan membuatmu merasa lebih nyaman.
Demikian penjelasan mengenai self blaming, mulai dari pengertian, penyebab, ciri-ciri, hingga cara mengatasinya. Kebiasaan menyalahkan diri sendiri memang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan kualitas hidup, tetapi dengan kesadaran dan upaya yang tepat, pola pikir ini dapat diubah.
Selain beberapa cara yang sudah disebutkan, seperti mengubah sudut pandang dalam melihat masalah dan belajar menerima kesalahan sebagai bagian dari proses, kamu juga bisa mencoba teknik relaksasi dan mindfulness untuk membantu mengurangi rasa bersalah yang berlebihan.
Untuk mendukung upaya tersebut, kamu bisa mempertimbangkan produk seperti Plossa dari Enesis Group. Minyak aromaterapi ini mengandung eucalyptus yang dikenal membantu meredakan stres dan menciptakan suasana tenang. Plossa juga dikemas dalam bentuk roll on yang praktis sehingga bisa digunakan kapan saja dan di mana saja untuk menenangkan pikiran.
Jadi, jangan ragu untuk menggunakan healthy product for healthy family ini sebagai bagian dari rutinitas self-care kamu agar bisa nikmati hidup yang lebih positif dan bebas dari rasa bersalah yang berlebihan!
Baca juga: 8 Cara Menghilangkan Stres pada Wanita, Mudah dan Efektif!