Forcemagic – Sebagai masyarakat yang tinggal di negara tropis, tentu sudah tidak asing lagi dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, penyakit ini cukup banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Meski begitu, masih banyak yang belum mengenal dengan baik mengenai apa itu penyakit DBD. Bahkan, banyak mitos yang beredar terkait penyakit ini. Agar tidak terkecoh oleh mitos yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka sangat penting untuk mengetahui fakta-fakta terkait penyakit DBD yang sebenarnya. Lantas, apa saja fakta seputar penyakit DBD yang wajib diketahui?
Inilah 7 Fakta Seputar Demam Berdarah yang Wajib Diketahui
Penyakit DBD banyak menyerang masyarakat yang tinggal di daerah tropis, seperti Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan data terkait kasus DBD hingga awal Februari 2019 yang mencapai 16.692 kasus dan 169 orang dinyatakan meninggal dunia. Dengan angka kasus DBD yang cukup tinggi, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara endemik DBD tinggi. Hal ini berkaitan dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu 3 – 5 tahun secara periodik.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Lebih tepatnya adalah virus dengue (DEN) yang merupakan anggota dari genus Flavivirus dan berasal dari family Flaviviridae. Oleh karena itu, penyakit ini disebut dengan demam berdarah dengue. Terdapat 4 genotype dari virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Namun, tipe virus dengue yang paling banyak menyebabkan penyakit DBD di kawasan Asia yaitu DEN-2 dan DEN-3.
Virus dengue dapat menginfeksi tubuh manusia melalui vektor atau perantara. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penularan virus dengue ke tubuh manusia terjadi melalui perantara nyamuk betina dari spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Sementara untuk nyamuk jantan tidak berperan dalam penularan virus dengue ke tubuh manusia.
Penyakit DBD tidak boleh dianggap remeh karena bisa berujung fatal hingga menyebabkan pasien mengalami kematian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kematian akibat demam berdarah bisa terjadi pada sebagian kecil pasien yang tidak mendapatkan perawatan sejak dini. Komplikasi paling parah dari penyakit DBD dalam dunia medis disebut dengan dengue haemorrhagic fever (DHF). Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya perdarahan hebat, shock atau penurunan tekanan darah, serta kematian secara tiba-tiba.
Banyak mitos yang beredar bahwa penyakit DBD dapat menular lewat kontak fisik antara satu manusia dengan manusia lainnya. Faktanya, penyakit DBD tidak dapat menular dengan cara tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization (WHO) yang mengatakan bahwa penularan DBD hanya dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu dari nyamuk ke manusia, dari manusia ke nyamuk, dan dari ibu hamil ke bayinya.
Sampai saat ini, belum ada obat khusus penyakit DBD yang mampu membasmi virus dengue dan dapat menyembuhkan DBD sepenuhnya. Pemberian obat kepada pasien DBD hanya dilakukan dengan tujuan untuk membantu meredakan gejala yang muncul dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah lagi. Istirahat yang cukup dan memperbanyak minum cairan merupakan pengobatan yang paling disarankan bagi para penderita DBD.
Mengingat banyaknya kasus DBD di dunia, kini telah tersedia vaksin khusus untuk mengatasi infeksi virus dengue. Melalui imunisasi dengue, maka tubuh dapat membangun kekebalan terhadap seluruh serotipe virus dengue. Pada akhir tahun 2015, World Health Organization (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui vaksin dengue pertama di dunia yang diproduksi oleh Sanofi Pasteur dengan nama Dengvaxia. Sebuah penelitian dari The New England Journal of Medicine telah berhasil membuktikan kemanjuran dari vaksin ini.
Itulah 7 fakta seputar demam berdarah yang perlu Anda ketahui. Setelah mengetahui fakta-fakta tersebut, tentunya Anda harus lebih waspada terhadap potensi penularan penyakit ini. Oleh karena itu, pastikanuntuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar bisa meminimalisir terjadinya penyakit DBD pada diri sendiri maupun keluarga tercinta.